tag:blogger.com,1999:blog-355768409748064592024-03-05T14:41:06.669-08:00Pupuk OrganikKEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-59871541738433213182012-07-18T07:13:00.002-07:002012-07-18T07:13:40.920-07:00POHON MIMBA (Azadirachta indica A.Juss)<div class="post-header">
</div>
<strong></strong>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Walaupun pemerintah
telah meluncurkan program PHT (Pengendalian Hama Terpadu) agar
masyarakat tidak tergantung kepada pestisida, juga mencabut subsidi dan
melarang beberapa jenis pestisida, namun kenyataannya, nilai impor bahan
pestisida yang pada tahun 1990an mencapai sekitar 200 milyaran rupiah
(Kasryno, 1994) ternyata pada tahun 2000-an melampui angka 300 milyaran
rupiah (Anon, 2000), bukannya menurun, malahan naik tajam.<span id="more-87"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Hal
ini menunjukkan bahwa kita masih tergantung kepada pestisida kimia
sintetis, khususnya impor dan kebiasan masyarakat kita masih kuat dan
sulit dirubah untuk bergantung kepada pestisida, atau memang kebijakan
pemerintah kita yang masih mendukung penggunaan pestisida kimia sintetis
dengan cara meloloskan beberapa jenis pestisida untuk beredar di
Indonesia dan sebaliknya belum atau kurang mendukung berkembangnya
pestisida hayati di Indonesia. Salah satu jenis pestisida hayati yang
sudah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
banyak dikenal masyarakat dunia adalah yang berasal dari pohon mimba (<em>Azadirachta indica</em>
A. Juss) (Gagoup and Hayes, 1984; Ermel, 1995). Selain dikenal sebagai
pestisida dan juga bahan pupuk, bangunan serta penghijauan, belakangan
ini dikenal juga sebagai bahan obat dan kosmetik sehingga disebut
sebagai tanaman multi-fungsi (Grainge and Ahmed, 1987).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Mimba
merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi
sumber bahan dasar pembuatan pestisida nabati. Adapun
persyaratan-persyaratan tersebut menurut Ahmed (1995) antara lain</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(a) merupakan tanaman tahunan,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(b) tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(c) mudah dibudidayakan,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(d) tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tumbuhan (OPT)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(e) mempunyai nilai tambah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
(f) mudah diproses, sesuai dengan kemampuan petani.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>KANDUNGAN BAHAN AKTIF </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Seperti
telah kita ketahui, bahwa tanaman merupakan gudang bahan kimia yang
kaya akan kandungan berbagai jenis bahan aktif. Di dalam tanaman mungkin
terkandung puluhan atau ratusan, bahkan ribuan jenis bahan kimia,
sehingga sangat sulit untuk menentukan jenis dan fungsi atau manfaat
setiap jenis kandungan bahan aktif tersebut. Dikenal suatu kelompok
bahan aktif yang disebut “Produk metabolit sekunder” (<em>Secondary metabolic products</em>),
dimana fungsinya bagi tumbuhan tersebut dalam proses metabolismenya
kurang jelas. Namun kelompok ini dikenal berperan dalam hal berinteraksi
atau berkompetisi, termasuk menjadi bahan untuk melindungi diri dari
gangguan pesaingnya (Kardinan, 2002).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Mimba,
terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari
produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam
bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan
obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah <em>azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin</em> dan <em>nimbidin</em> (Ruskin, 1993). <em>Azadirachtin</em>
sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang
paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas
diketahui (Rembold, 1989). Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun
mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya
(Senrayan, 1997).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<em>Azadirachtin</em>
berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja
hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses
metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian
kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari
larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya
kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Chiu,
1988).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<em>Salanin</em>
berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan
daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum
mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba,
seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down),
namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun
demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat
menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<em>Meliantrio</em>l
berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama
enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang
Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman
terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba (Sudarmadji,
1999). Mimbapun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang
(insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan
merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (informasi
lisan Prof. K. Untung).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<em>Nimbin</em>
dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus,
bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam
mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1993). Tidak terbatas hal itu,
bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat
tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia
(Kardinan dan Taryono, 2003).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selain mengandung
bahan-bahan tersebut di atas, di dalam tanaman mimba masih terdapat
berpuluh, bahkan beratus jenis bahan aktif yang merupakan produksi
metabolit sekunder yang belum teridentifikasi dan belum diketahui
manfaatnya. Oleh karena itu,penelitian mengenai penggalian potensi mimba
masih banyak diperlukan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>MANFAAT DAN BERBAGAI PRODUK DARI MIMBA </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong> </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>Mimba sebagai obat tradisional </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong> </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sangat
banyak berita-berita yang menginformasikan khasiat mimba dalam
menyembuhkan berbagai macam penyakit, bahkan saat ini daun mimba sudah
dijual dalam berbagai macam kemasan, mulai dari kapsul, tepung daun,
daun kering ataupun teh mimba instant. Dalam kemasan tersebut disebutkan
bahwa daun mimba mampu menanggulangi penyakit tumor, kanker, diabetes,
kolesterol, asma, darah tinggi, asam urat dan lainnya. Diberitakan oleh
Karjono dalam majalah Trubus (1998) mengenai suatu kasus seorang pasien
yang sudah divonis dokter bahwa yang bersangkutan tidak bisa tertolong,
namun berkat meminum 7 (tujuh) lembar daun mimba, berangsur-angsur si
pasien sembuh, sampai akhirnya sembuh total dan sampai saat ini masih
segar bugar dan meneruskan meminum teh mimba.<a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/pohon-mente1.jpg"><img alt="pohon-mente1" class="aligncenter size-full wp-image-227" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/pohon-mente1.jpg?w=500" title="pohon-mente1" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sampai
saat ini masih terjadi kontroversi mengenai digunakannya daun mimba
sebagai obat tradisional. Disatu pihak bersikeras bahwa mimba adalah
racun yang apabila digunakan sebagai obat akan sangat membahayakan si
pasien. Dilain pihak bersikeras pula bahwa mimba dapat digunakan sebagi
obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit, karena telah digunakan
sejak jaman dahulu dan sudah banyak bukti akan khasiat mimba dalam
menanggulangi berbagai macam penyakit, hanya proses pembuatan dan
dosisnya yang harus diperhatikan secara tepat dan benar. Suatu contoh
bahwa untuk digunakan sebagai obat, hanya 7 (tujuh) lembar daun mimba
atau setara dengan ¼ sendok teh tepung daun mimba yang perlu digodok
dalam 2 (dua) dua gelas air, sehingga menjadi 1 (satu) gelas air atau
langsung diseduh air panas dalam satu gelas dan diminum selagi hangat,
jangan sampai dibiarkan/diendapkan sampai keesokan harinya, karena akan
berubah menjadi racun. Dalam hal ini banyak kasus pasien keracunan
karena si pasien ingin puas dan cepat sembuh, sehingga mengkonsumsi over
dosis yang sangat membahayakan si pasien itu sendiri. Selain itu banyak
kasus bahwa dengan alasan lupa meminum, akhirnya seduhan tadi mengendap
sampai keesokan harinya dan diminum yang akhirnya juga membahayakan si
pasien.<a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/bunga-mente.jpg"><img alt="bunga-mimba" class="alignright size-medium wp-image-228" height="225" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/bunga-mente.jpg?w=300&h=225" title="bunga-mimba" width="300" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>Mimba sebagai pestisida </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Sudah sejak lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (<em>Broad spectrum</em>),
baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun digunakan
secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Di Amerika
Serikat sendiri mimba sudah digunakan secara meluas, yang pada awalnya
hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan
(OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi (non-food crops), namun
belakangan ini sudah diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT
pada tanaman pangan (food crops), dengan berbagai jenis merk dagang,
diantaranya adalah Margosan, Aligin, Turpex, Azatin dan Bio-neem. Negara
lainpun di Asia sudah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari
mimba, diantaranya India dengan berbagai merk dagang, satu diantaranya
yang sudah masuk ke Indonesia adalah “Neemazal”, Singapura yang juga
telah memproduksi pestisida nabati mimba dan telah masuk pula ke
Indonesia, namun dengan mengaku/mengklaim sebagai pupuk organik cair,
yaitu “Bionature”, dan masih banyak merk dagang lain yang telah dibuat
oleh Thailand, Myanmar dan Singapura.<a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/buah-mente.jpg"><img alt="buah-mimba" class="alignright size-medium wp-image-229" height="225" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/buah-mente.jpg?w=300&h=225" title="buah-mimba" width="300" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/biji-segar.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-466" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/biji-segar.jpg?w=500" title="biji segar" /></a><a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/biji-segar2.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-467" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/biji-segar2.jpg?w=500" title="biji segar2" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/buah-dan-biji.jpg"><img alt="buah-dan-biji" class="aligncenter size-medium wp-image-232" height="225" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/buah-dan-biji.jpg?w=300&h=225" title="buah-dan-biji" width="300" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Indonesiapun
saat ini telah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari
mimba,diantaranya oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai
penelitian Tanaman Serat dan Kapas (Balittas-Malang), Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro-Bogor) dan pihak-pihak swasta (PT.
Nihon Seima), maupun LSM lainnya.Namun demikian hanya satu yang telah
terdaftar dan mendapat ijin dari Komisi Pestisida – Departemen
Pertanian. Prosesnya pendaftaran pestisida agak rumit (disamakan dengan
pestisida kimia sintetis), yang paling utama adalah “Biaya” yang harus
dikeluarkan relatif besar bila diukur dari para pengembang lokal yang
umumnya bukan merupakan pengusaha besar dengan skala impor-ekspor. Untuk
itu, jika pemerintah mempunyai itikad baik (Political will) untuk
membatasi berkembangnya penggunaan pestisida kimia sintetis yang semakin
waktu semakin meningkat dengan pencemaran lingkungan dan dampak negatif
yang semakin meningkat pula, maka pemerintah harus mendukung
berkembangnya penggunaan pestisida nabati, khususnya dari mimba ini,
salah satunya dengan memberikan kemudahan perijinan dan keringanan biaya
pendaftarannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/dsc00972.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-92" height="300" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/dsc00972.jpg?w=225&h=300" width="225" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>Mimba sebagai bahan pupuk organik </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Bungkil
atau dedak biji mimba yang telah diambil minyaknya, baik secara di
pres, maupun diekstrak dengan heksan, merupakan bahan pupuk organik yang
kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Selain
bahan nutrisi tanaman, baik unsur makro, maupun mikro, bungkil biji
mimba ini juga masih mengandung bahan aktif pestisida nabati, seperti
azadirachtin yang akan bermanfaat mengendalikan organisme pengganggu
tumbuhan yang berada di dalam tanah, seperti hama rayap,
uret/kuul/lundi, nematoda dan hama lainnya, sehingga penggunaannya
sebagai pupuk organik akan bermanfaat ganda, yaitu secara tidak langsung
akan bermanfaat sebagai pestisida juga. Keuntungan lain yang diperoleh
adalah bahwa azadirachtin bersifat sistemik, yaitu dapat meresap kedalam
jaringan tumbuhan, sehingga apabila diaplikasikan sebagai pupuk di
tanah, maka apabila terisap oleh tanaman akan ditranslokasikan ke bagian
tanaman lainnya, seperti daun dan akan berfungsi melindungi tanaman
dari gangguan OPT. Pupuk organik dari bungkil biji mimba ini telah
diproduksi oleh Balittro, yaitu dengan penambahan pupuk kandang, kompos
ataupun guano kedalamnya, sehingga diperoleh pupuk organik plus.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<a href="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/nee-oil-hasil-pengepresan.jpg"><img alt="neem-oil-hasil-pengepresan" class="alignleft size-medium wp-image-231" height="300" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/11/nee-oil-hasil-pengepresan.jpg?w=225&h=300" title="neem-oil-hasil-pengepresan" width="225" /></a>Selain
bungkil biji mimba, daunnyapun dapat digunakan sebagai bahan kompos
untuk dijadikan pupuk organik yang juga mengandung kandungan bahan aktif
pestisida nabati, sehingga dapat berfungsi ganda. Pohon mimba berdaun
lebat, sehingga daun mudah diperoleh. Walaupun pohon mimba hanya akan
berbiji bila ditanam ditempat yang panas dan kering di dataran rendah,
namun mimba akan tetap berdaun walaupun ditanam di dataran tinggi dengan
curah hujan yang tinggi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>Mimba sebagai pohon penghijauan dan reboisasi </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Pohon
mimba termasuk pohon yang mampu beradaptasi di daerah marginal yang
panas dan kering, bahkan berbatu. Di Situbondo pohon mimba dapat
ditemukan dari mulai pesisir pantai, rawa-rawa sampai di perbukitan
berbatu sekalipun, sehingga pohon ini akan sangat cocok digunakan
sebagai pohon penghijauan ataupun reboisasi di Indonesia, khususnya di
daerah yang panas dan kering di dataran rendah. Walaupun tidak berbiji
apabila ditanam di dataran tinggi (di atas 300 m dpl.), namun pohon
mimba masih mampu berdaun dengan lebat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Pohon mimba dengan tinggi yang mampu mencapai 20 m, bersifat mampu meresap CO<sup>2</sup> dari udara relatif lebih banyak dibanding pohon-pohon lainnya, juga dengan sendirinya mampu mengeluarkan O<sup>2</sup>
relatif lebih banyak pula dibandingkan pohon pohon lainnya, sehingga
pohon ini dianggap mampu meminimalkan polusi udara dan memberikan
kesegaran pada lingkungan. Oleh karena itu pohon ini sangat cocok
dijadikan pohon penghijauan di perkotaan khususnya kota-kota besar
seperti Jakarta yang memang sudah sangat tinggi dengan polusi udaranya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Pohon
mimba mempunyai perakaran yang kuat dan dalam, sehingga sangat
memungkinkan mampu mengangkat unsur hara di dalam tanah dan
mengeluarkannya ke permukaan melalui jatuhnya bagianbagian tanaman ke
permukaan tanah. Oleh karena itu pohon ini diharapkan mampu memperbaiki
kesuburan tanah dan akan sangat cocok ditanam di daerah yang kurang
subur. Untuk keperluan ini sebaiknya bibit mimba yang digunakan adalah
yang berasal dari biji (generatif), bukan yang berasal dari stek batang
atau ranting (vegetatif), karena bibit yang berasal dari biji memiliki
akar tunggang (dari perbanyakan vegetatif tidak memiliki akar tunggang)
dan akan lebih tahan dalam menghadapi terpaan angin ataupun gangguan
goyangan lainnya agar tidak tumbang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Pohon
mimba memiliki diameter batang yang cukup besar dan kayunya termasuk
kayu kelas satu, sehingga akan sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai
bahan bangunan, sedangkan daunnya yang lebat dapat digunakan sebagai
pakan ternak yang juga bersifat sebagai obat cacing untuk ternak. Namun
demikian, saat ini tidak dianjurkan menebang pohon mimba untuk digunakan
kayunya, karena populasinya di Indonesia masih relatif rendah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
Saat
ini bibit pohon mimba yang berasal dari biji tersedia di BPT Situbondo
dalam jumlah besar, sehingga siap mendukung program reboisasi dan
penghijauan di Indonesia.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>PROSES PENGOLAHAN MIMBA </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagian utama dari pohon
mimba yang dimanfaatkan adalah daun dan biji. Berikut dijelaskan
mengenai prosesing daun dan biji agar dapat dimanfaatkan, baik sebagai
obat, pestisida, kosmetik, toilet teries, pupuk dan lainnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>Biji </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Biji mimba mengandung minyak sekitar 40%. Untuk memperoleh minyaknya dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara ;</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">
<strong>Cara pengepresan</strong>,
yaitu dengan jalan mengepres biji mimba dengan suatu alat pengepres
sehingga yang tersisa adalah bungkilnya yang biasanya masih mengandung
minyak. Dengan cara ini minyak yang terambil antara 15-20 %, sehingga
kandungan minyak pada bungkil masih tinggi, oleh karena itu banyak orang
yang menggunakan bungkil mimba ini sebagai bahan pestisida dengan cara
mengekstraknya dengan ethanol atau denan air dengan sedikit penambahan
deterjen atau sabun colek, agar antara minyak dan air terjadi emulsi.</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -27pt;">
<strong>Ekstraksi dengan heksan</strong>
: yaitu dengan cara mengaduk dan maserasi adukan tersebut, sehingga
minyak yang terkandung dalam biji mimba tertarik dan bercampur dengan
heksan. Selanjutnya heksan tersebut di rotavapor (diuapkan) untuk
memisahkan pelarut heksan dengan minyak mimba. Dengan cara ini minyak
yang terambil lebih tinggi, yaitu dapat mencapai antara 20 – 25%. Namun
demikian, bungkil mimbanya masih mengandung minyak dan masih dapat
digunakan sebagai bahan pestisida nabati, yaitu dengan cara
mengekstraknya dengan ethanol, atau ada juga yang mengekstraknya dengan
air yang ditambah sedikit emulsifier, biasanya deterjen atau sabun cair
Teepol. Selanjutnya minyak yang diperoleh digunakan untuk berbagai
keperluan, diantaranya pembuatan sabun mandi, shampo, pestisida, sabun
pencuci tangan, pasta gigi dan lainnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>Daun </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Daun dapat digunakan
langsung dalam keadaan segar, ataupun dikeringkan, sehingga di peroleh
simplisia kering, namun ada juga yang dibuat tepung, sehingga lebih
praktis pengemasannya. Dalam keadaan segar tidak memerlukan perlakuan
khusus, hanya perlu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan cara
dicuci, selanjutnya apabila akan digunakan sebagai obat, cukup menyeduh
tujuh lembar daun dalam dua gelas air sampai menjadi satu gelas air.
Simplisia kering daun diperoleh dengan cara mengering-anginkan daun
sampai daun bisa diremas menjadi serpihan. Bisa juga dilakukan pemanasan
dengan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
oven yang dilengkapi fan (kipas angin) pada suhu maksimal 40<sup>0</sup>C
atau ada juga yang menjemur di bawah sinar matahari di bawah jam 10
pagi (tidak terlalu terik). Tepung daun mimba diperoleh dengan cara
menggrinder simplisia kering tadi dengan alat khusus(grinder) atau dapat
juga dengan alat penghancur yang ada pada mixer.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong>KESIMPULAN </strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mimba (<em>Azadirachta indica</em>
A. Juss) merupakan tanaman multimanfaat karena selain dapat tumbuh
dengan baik di daerah marginal yang panas dan kering, juga dapat
berfungsi sebagai pohon reboisasi dan penghijauan, bahan pestisida
nabati yang dapat mengendalikan OPT secara ramah lingkungan serta bahan
pupuk organik yang selain mengandung unsur hara tanaman, baik makro,
maupun mikro, juga mengandung bahan pestisida untuk menanggulangi OPT di
dalam tanah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<em>Catatan : Saat
ini Pohon Mimba di tempat kami belum berbuah. Untuk anda yang
memerlukan biji mimba untuk bahan bibit/perbanyakan belum bisa dipesan
saat ini. Diperkirakan sekitar bulan Januari 2011, biji mimba asal BPT
Situbondo sudah bisa dipanen.Terimakasih.</em></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Agus Kardinan dan Azmi Dhalimi, Balitro, 2003</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Anonim, Tumbuhan Berkhasiat Obat, 1987</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perbedaan Mindi dan Mimba</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Berikut ini ada
beberapa perbedaan yang bisa dilihat dari pohon Mindi dan pohon Mimba.
Untuk lebih jelasnya berikut pada foto dibawah ini :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<img alt="batang mimba" class="alignleft size-full wp-image-393" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/batang-mimba.jpg?w=500" title="batang mimba" /> <img alt="batang mindi" class="alignnone size-full wp-image-399" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/batang-mindi3.jpg?w=500" title="batang mindi" /> kiri -kanan : batang pohon mimba-batang pohon mindi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<img alt="daun mimba (kiri)- daun mindi (kanan)" class="alignleft size-full wp-image-397" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/daun-mimba-kiri-daun-mindi-kanan.jpg?w=500" title="daun mimba (kiri)- daun mindi (kanan)" /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kiri-kanan ; daun mimba-daun mindi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
foto bawah : daun mindi muda (kiri)-daun mimba muda (kanan)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<img alt="daun mindi muda (kiri)-daun mimba muda (kanan)" class="alignnone size-full wp-image-400" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/daun-mindi-muda-kiri-daun-mimba-muda-kanan1.jpg?w=500" title="daun mindi muda (kiri)-daun mimba muda (kanan)" /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<img alt="pohon mindi" class="alignnone size-full wp-image-401" src="http://bptsitubondo.files.wordpress.com/2008/06/pohon-mindi.jpg?w=500" title="pohon mindi" /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Jika daun mimba
dicicipi, rasanya jauh lebih pahit daripada rasa daun mindi. Selain itu
pada daun mindi, masih terlihat bekas gigitan serangga. Beda dengan daun
mimba, yang biasanya bersih dari bekas gigitan serangga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber : http://greendom-afc.blogspot.com/2012/01/pohon-mimba-azadirachta-indica-ajuss.html</div>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-88519010701895844982012-07-17T01:04:00.000-07:002012-07-17T01:04:01.657-07:00Kompos Eceng GondokMembuat Kompos Eceng Gondok<br />Eceng gondok atau Eichonia crassipes, tanaman hias asal Brazil yang kini sudah menjadi tanaman gulma itu ternyata<br />dapat diolah menjadi pupuk organik. Sisa-sisa penggunaan pupuk kimia oleh para petani di areal persawahan dan<br />perkebunan yang kemudian hanyut ke sungai dan ke danau, menjadikan pertumbuhan dan penyebaran eceng gondok<br />sangat cepat, sehingga sulit ditangani. Sifat eceng gondok yang sangat cepat pertumbuhannya itu, menarik sebagian<br />orang untuk menelitinya, apakah eceng gondok bisa dijadikan media untuk mempercepat pertumbuhan tanaman<br />lainnya?<br />Penelitian menunjukan bahwa tanaman eceng gondok banyak mengandung asam humat. Senyawa itu menghasilkan<br />fitohormon yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Selain itu eceng gondok juga mengandung asam<br />sianida, triterpenoid, alkaloid dan kaya kalsium.<br />Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk eceng gondok adalah memastikan tidak adanya kandungan logam<br />berat seperti timah hitam dan merkuri pada tanaman eceng gondok. Hindari pemanfaatan eceng gondok yang berasal<br />dari kolam-kolam pengolahan air limbah pabrik yang menghasilkan limbah logam berat.<br />Secara sederhana, pembuatan pupuk organik berbahan eceng gondok menggunakan EM4 adalah sebagai berikut :<br />Cara 1 - Pelapukan Kompos Termurah<br />Bahan<br />- 1000Kg Eceng gondok (Dapat dicincang atau digiling halus jika ingin mendapatkan kompos 'halus')<br />- 5 Kg MikroDec<br />- 2 Buah Pagar bambu berukuran Panjang 1 Meter, Tinggi 1½ Meter<br />- 2 Buah Pagar bambu berukuran Panjang 2 Meter, Tinggi 1½ Meter<br />Cara Pembuatan<br />- Rangkai pagar bambu berbentuk 'kandang' berukuran 1x2x1½ Meter sebagai tempat pembuatan kompos<br />- Masukkan eceng gondok<br />- Lakukan pemadatan dengan cara menginjak-injak tumpukan hingga setinggi ±20Cm<br />- Taburkan MikroDek secara merata di atas tumpukan<br />- Masukkan kembali eceng gondok<br />- Lakukan pemadatan dengan cara menginjak-injak tumpukan hingga timbunan bertambah tinggi ±20Cm<br />- Taburkan MikroDek secara merata di atas tumpukan<br />- Ulangi cara di atas sampai timbunan eceng gondok setinggi 60 - 1½ Meter<br />- Tutup timbunan dengan plastik<br />- Pada hari ke dua, suhu timbunan akan mulai meningkat sampai 70/ 80° C<br />- Proses pembuatan kompos pupuk selesai setelah 14 hari dan suhu telah turun menjadi ± 30° celcius. Catatan<br />- Pagar bambu yang menjadi 'cetakan' dapat dilepaskan pada saat proses penutupan timbunan dengan plastik untuk<br />digunakan pada pembuatan timbunan berikutnya (jika material eceng gondok lebih dari 1 ton).<br />- Proses pelapukan dilakukan oleh mikroba thermofilik aerob (dapat bertahan hidup pada suhu 80° C) yang memerlukan<br />sedikit oksigen<br />- Penutupan plastik pada material bertujuan untuk menciptakan temperatur 'tinggi' yang diperlukan untuk mempercepat<br />proses pelapukan<br />Cara 2 - Hasil Terbaik Untuk Kompos Yang Diperkaya Unsur Hayati<br />Bahan<br />- 800Kg Eceng gondok dicincang atau digiling halus<br />- Dedak 50Kg<br />- Sekam 150Kg<br />- 2½ Kg STARDEC<br />Cara Pembuatan<br />- Buat timbunan eceng gondok setinggi 60 Cm<br />- Tabusrkan secara merata pada timbunan, dedak, sekam, dan STARDEC<br />- Aduk / sisir timbunan (dapat digunakan alat 'garu')<br />- Buat gundukan dari material setinggi 60 Cm<br />- Lakukan pembalikan pada usia timbunan 7 hari, 14 hari<br />- Setelah 21 hari, kompos akan matang dan suhu telah turun menjadi ± 30° celcius.<br />
<br />
Catatan<br />- Kompos yang dihasilkan akan mengandung organisme penyubur tanaman yang akan menjaga sifat fisik, kimia, dan<br />biologi tanah<br />Cara 3 - Cara Alternatif<br />Bahan<br />- 800Kg Eceng gondok dicincang atau digiling halus<br />- Dedak 50Kg<br />- Sekam 150Kg<br />- ¼ Kg gula / molase<br />- 1 liter EM4 Cara Pembuatan<br />- EM 4 + gula pasir dicampur (diaduk) didalam wadah yang disediakan<br />- Buat Tumpukan dari material setinggi 20 - 30 Cm dalam bak atau wadah tertutup beralaskan plastik<br />- Tutup gundukan dengan karung goni/plastik selama ± 2 minggu<br />- Jaga suhu sekitari ± 50° celcius.<br />- Proses pembuatan pupuk selesai jika suhu telah turun menjadi ± 30° celcius.<br />Cara 4 - Cara Alternatif<br />Bahan<br />- 2 Sendok makan EM 4<br />- Gula Pasir 2 Sendok dilarutkan dengan 1 ½ liter<br />- AirMenir 10 Sendok<br />- Eceng gondok 1,5 karung (kering)<br />- Kotoran kerbau/lembu 1,5 karung (kering) Cara Pembuatan<br />- Eceng gondok yg baru diambil dipotong 2 lalu dijemur sampai kering<br />- EM 4 + gula pasir + menir + eceng gondok + kotoran kerbau dicampur (diaduk) didalam wadah yang disediakan<br />- Buat Tumpukan dari material setinggi 20 - 30 Cm dalam bak atau wadah tertutup beralaskan plastik<br />- Tutup gundukan dengan karung goni/plastik selama ± 2 minggu<br />- Jaga suhu sekitari ± 50° celcius.<br />- Proses pembuatan pupuk selesai jika suhu telah turun menjadi ± 30° celcius.<br />Note: EM 4 adalah microorganism yang bentuk cair didalam botol kuning. Dapat beli di toko bibit/obat atau melalui<br />sales@lembahpinus.com<br />Lembah Pinus<br />http://www.lembahpinus.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=53KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-85288894392183379912012-07-17T00:42:00.001-07:002012-07-17T00:43:12.422-07:00Pisang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<h3 class="post-title entry-title">
Pisang
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan
energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya
mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang
juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang
aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjV-RoXLMlsBmjo9IAqXW5RRhChzS14QcvXWyvZx-dXb2B-BhJvJC8hsyQPOrhPQEZIDp5ldPigGk3aCHL63Q_h1RMd1fybUMOCNU9OWu2ArAGOfB3CbIseYRty6RzP-zn3EWNHkr9mQ/s1600/pisang.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjV-RoXLMlsBmjo9IAqXW5RRhChzS14QcvXWyvZx-dXb2B-BhJvJC8hsyQPOrhPQEZIDp5ldPigGk3aCHL63Q_h1RMd1fybUMOCNU9OWu2ArAGOfB3CbIseYRty6RzP-zn3EWNHkr9mQ/s320/pisang.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>Manfaat Buah :</b><br />
1. Wanita yang tengah hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi pisang, karena mengandung asam folat tinggi yang penting
bagi kesempurnaan janin, pembentukan sel-sel baru dan mencegah terjadi
cacat bawaan.<br />
<br />
2. Untuk para pekerja keras dan yang senang
berolahraga, pisang sangat bermanfaat untuk mengembalikan stamina,
tenaga untuk kerja otot, dan menghilangkan rasa lelah.<br />
<br />
3. Pisang
juga cepat menetralkan keasaman lambung. Pisang yang dicampur susu
sangat baik dihidangkan sebagai obat. Pisang bisa menjadi obat untuk
penyakit usus, sakit perut, dan asam lambung.<br />
<br />
4. Penderita diabetes dapat menyuguhkan pisang sebagai menu utama pengganti nasi.<br />
<br />
5.
Penderita anemia juga dianjurkan bersahabat dengan pisang, karena di
dalamnya terdapat kandungan fe (zat besi) yang baik untuk darah.<br />
<br />
6.
Bagi penderita lever, dua buah pisang sehari dengan tambahan satu
sendok madu, akan baik untuk menambah nafsu makan dan meningkatkan kuat.<br />
<br />
7.
Pisang mengandung potasium, yaitu mineral vital yang membantu
menormalkan detak jantung, mengirim oksigen ke otak dan mengatur
keseimbangan kadar air dalam tubuh. Ketika mengalami stress, metabolisme
tubuh akan meningkat drastis sehingga mengurangi kadar potasium tubuh.
Dengan pisang, potasium dalam tubuh kadarnya akan seimbang.</div>
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">8.
Di beberapa negara, pisang dipandang sebagai makanan pendingin yang
dapat menurunkan temperatur fisik dan emosional ibu hamil. Di Thailand
contohnya, ibu hamil mengkonsumsi pisang untuk memastikan bayi lahir
dengan temperatur sejuk.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">9.
Di sebuah sekolah Inggris, 200 pelajar mampu menyelesaikan ujian akhir
hanya dengan sarapan pisang. Mereka juga kerap mengkonsumsi pisang saat
jam istirahat serta makan siang, sebab pisang mampu meningkatkan
kekuatan otak.</span> <span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Bahkan,
Peneliti dari AS menemukan, lektin, senyawa kimia yang ditemukan dalam
pisang mampu menghambat perkembangan infeksi HIV di tubuh dengan cara
memblok masuknya virus.</span><br />
<br />
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>Manfaat Getah : </b><br />
Sekelompok mahasiswa Jurusan Pendidikan
Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, membuktikan bahwa getah pisang bisa mempercepat proses
penyembuhan luka.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
Kegunaan getah pisang masih ada lagi diantaranya yaitu untuk menyuburkan rambut anda.<br />
Yang diperlukan adalah lendir, cairan lendir. Caranya yaitu dengan
memotong pangkal daun di dekan bongkot batang pisang. Cacapilah rambut
dan kulit kepala anda dengan lendir atau getah pisang
tadi. Lakukaniah ini di setiap pagi hari, Insya Allah rambut akan tumbuh
subur dan lebat.<br />
<br />
<b>Manfaat Kulit :</b><br />
1. Luka bakar</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
Khusus untuk penderita luka bakar, Anda dapat menggunakan daun pisang
sebagai pengobatan. Caranya, kulit yang terbakar dioles dengan campuran
abu daun pisang dan minyak kelapa. Campuran ini mampu mendinginkan kulit
yang terbakar.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">2. Meredakan nyeri</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Minyak
nabati yang terkandung dalam kulit pisang punya senyawa tertentu yang
berkhasiat sebagai pereda nyeri. Tempelkan kulit pisang yang bersih dan
masih segar untuk mengurangi rasa nyeri pada luka bakar atau tergores.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">3. Mengatasi gatal</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Gatal-gatal
akibat gigitan serangga atau alergi ringan bisa diatasi dengan kulit
pisang. Caranya cukup dengan menempelkannya di permukaan kulit yang
terasa gatal.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">4. Mengobati kutil</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Kulit
pisang diyakini punya aktivitas antivirus, sehingga banyak yang
menggunakannya untuk mengusir kutil dari permukaan kulit. Caranya dengan
menempelkan kulit pisang, lalu ditahan dengan plester dan dibiarkan
hingga sembuh dengan sendirinya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">5. Mempercepat kesembuhan luka</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Luka
yang sudah mulai kering terasa gatal karena tertutup serpihan kulit
mati yang mengeras. Serpihan itu bisa dihilangkan lebih cepat hanya
dengan mengoleskan kulit pisang, karena akan bereaksi dengan enzim yang
terkandung di dalamnya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">6. Menyuburkan tanah</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tidak
hanya untuk campuran kompos, kulit pisang bisa langsung ditimbun begitu
saja ke dalam tanah untuk menyuburkan tanaman di sekitarnya. Kulit
pisang memiliki kandungan potassium yang sangat dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">7. Mengkilapkan tanaman hias</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Berbagai
tanaman hias semacam anthurium, gelombang cinta dan sejenisnya akan
lebih menarik jika daunnya tampak hijau mengkilap. Gunakan sisi dalam
kulit pisang yang teksturnya lunak untuk memolesnya, maka dedaunan itu
akan mengkilap dan lebih tahan lama.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">8. Mengkilapkan sepatu</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tidak
perlu panik jika suatu saat kehabisan semir sepatu, asalkan ada pisang
di lemari es. Kupas buahnya, lalu gunakan kulitnya untuk memoles sepatu
kulit agar tampak mengkilap seperti habis disemir.</span><br />
<br />
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>Manfaat Batang :</b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<i><u>Kerajinan Tangan</u></i></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Batang
pisang yang telah diambil tandan buahnya biasanya langsung dipotong dan
tidak terpakai lagi, batang pisang ini dapat dijadikan untuk membuat
bermacam-macam kerajinan tangan seperti, membungkus gerabah, bingkai
foto, jepitan rambut, foto album dan banyak lagi. Membuat batang pisang
kering/tali pisang ini sangat mudah sekali dan dapat dikerjakan dirumah.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">1.
Batang pisang dipotong kira-kira 1 meter, kemudian mulai kupas
gedebok/helaian batangnya. Untuk mendapatkan batang pisang kering yang
coklat bersih pilih bagian batang pisang yang sebelah dalam. Kemudian
helaian batang pisang ini dibelah 2 (sehingga menjadi 2 bagian, 1 bagian
sebelah dalam & 1 bagian sebelah luar).</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">2. Kemudian direndam dengan air garam kira-kira 10 menit untuk menghilangkan getahnya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">3.
Setelah direndam, siap untuk dijemur hingga kering, dan dijaga jangan
sampai terkena air hujan, karena dapat menjadikan batang pisang kering
menjadi kehitam-hitaman.</span><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://dyanwidyastanto.files.wordpress.com/2011/06/batang-pisang.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://dyanwidyastanto.files.wordpress.com/2011/06/batang-pisang.jpg" /></a></div>
<br />
<i><u><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Pakan Ternak</span></u></i><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Batang
pisang ternyata kaya akan kandungan glukosa dan selulosa namun rendah
kadar ligninnya. Ini menarik karena glukosa, suatu gula monosakarida,
adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber
tenaga bagi hewan dan tumbuhan. </span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Cacahan
batang pisang diberikan ke ternak ayam broiler saat itu dengan alasan
untuk mendinginkan badan ayam akibat suhu udara yang ekstrim panas.
Batang pisang dicacah halus lalu diberikan ke ayam saat ayam berumur 23
hari, 27 hari, 30 hari, dan 33 hari di tempat pakan bagian luar saja.
Sore harinya diminumi air yang dicampur VITERPAN Unggas seperti
biasanya.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hasilnya
sangat bagus karena ayam tampak lebih tenang meski suhu sangat panas
memanggang di siang hari. Dan, pakan lumayan hemat karena sebagian ruang
di tembolok dan perut ayam terisi cacahan batang pisang yang tidak usah
beli. Efek kenyang tetap tampak dan yang penting, pemenuhan unsur gizi
tetap terjaga terutama kalori yang diperoleh dari kandungan glukosa
dalam cacahan batang pisang tersebut.</span><br />
<br />
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<b>Manfaat Daun :</b></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<a href="http://bujikuda.blogspot.com/2012/02/natural-remedy-toothache.html" name="more"></a>1. Ramuan
alami dapat mengobati luka kecil pada kulit dan gangguan kulit lainnya
seperti ketombe, eksim, dan sengatan matahari. Pengunaan sari dari jus
daun pisang segar secara bertahap akan menyembuhkan gangguan hingga ke
akarnya. Anda juga dapat merendam daun dengan air dingin dan oleskan
pada kulit yang terbakar sinar matahari.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
2. Daun pisang memiliki sifat
obat yang dapat meredakan gigitan serangga beracun, sengatan lebah,
gigitan laba-laba, ruam, iritasi kulit. Daun ini populer dengan sebutan
penghapus alami.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
3. Krim kosmetik dan lotion yang
mahal mengandung bahan aktif yang disebut Allantoin yang ditemukan
pada daun tanaman. Allantoin membantu penyembuhan lebih cepat, membunuh
kuman, dan merangsang pertumbuhan sel kulit baru.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
4.Daun pisang bila dicampur
dengan cabai rawit dan comfrey membantu mengurangi bekas luka pada
kulit, luka fisik, gatal, pendarahan, dan mengurangi semua jenis
peradangan.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
5. Salep alami yang sederhana
dengan menggunakan ekstrak daun pisang segar, minyak zaitun, sedikit
beeswax (lilin tawon lebah) dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk
bayi. Salep alami ini dapat menyembuhkan ruam popok dan gigitan nyamuk.
Selain itu sebuah es batu yang digulung dalam daun dapat dipijatkan ke
kulit. Ini menenangkan kulit dan mengurangi stres.</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
6. Daun pisang juga tersedia
dalam bentuk kapsul (suplemen/ekstrak cair) dapat diambil setiap hari
untuk perlindungan dari noda, meski kulit Anda bersinar.</div>
<br />
<br />
<span style="color: #cccccc; font-size: xx-small;">Sumber :
http://www.idafazz.com/manfaat-buah-pisang.php,
http://asilkrose.blogspot.com/2011/03/manfaat-kulit-pisang.html,
http://tutorialkita.com/738/khasiat-getah-pisang-2,
http://maknyaabel.multiply.com/journal/item/86/Batang_Pisang_dibuang_sayang?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem,
http://didinpurnama.blogspot.com/2012/01/manfaat-dari-batang-pisang.html</span><span style="color: #cccccc; font-size: xx-small;">, http://jendela-berbagi.blogspot.com/2011/10/manfaat-daun-pisang-bagi-kulit.html</span><br />
<br />
<span style="color: #cccccc; font-size: xx-small;">Sumber : http://bujikuda.blogspot.com/2012/02/natural-remedy-toothache.html</span>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-54913637308493638582012-07-17T00:40:00.001-07:002012-07-17T00:40:25.604-07:00Pemanfaatan Limbah dari Tanaman Pisang<strong><span>Pisang</span></strong><span>
bisa disebutkan sebagai buah kehidupan. Kandungan kalium yang cukup
banyak terdapat dalam buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga
kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Pisang
telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya
pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai upacara adat.
Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu
melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah
pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaatkan
kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari penggunaan pohon
pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.</span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span><span id="more-287"></span>Iklim
tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus
memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir
seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Pisang
mempunyai banyak manfaat yaitu dari mulai mengatasi masalah kecanduan
rokok sampai untuk masalah kecantikan seperti masker wajah, mengatasi
rambut yang rusak dan menghaluskan tangan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Selain
buahnya pisang jarang dimanfaatkan, seperti batang, bonggol, kulit dan
jantungnya. Tetapi seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan
teknologi maka banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah-limbah yang
jarang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kualitas
dari limbah tersebut dan menambah nilai ekonomi dari limbah tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span>Reuse</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Contoh penanganan limbah pisang dengan cara guna ulang (Reuse) ialah </span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>a.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Kulit Pisang Ambon Bisa Digunakan Untuk Pengobatan. `</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Pisang
ambon sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Selain mengandung vitamin C,
pisang ambon juga mengandung serat tinggi yang berfungsi melancarkan
saluran pencernaaan, sehingga buang air besar pun jadi lancar. Ternyata,
selain buahnya, kulit pisang ambon pun berguna untuk mengobati
bercak-bercak hitam agak kasar ( misalnya bekas cacar) pada kulit.
Caranya, gosokkan kulit pisang ambon bagian dalam pada kulit yang
terdapat bekas cacar. Biarkan beberapa saat, setelah itu cuci dengan air
hangat. Lakukan cara ini secara rutin dan penuh kesabaran. Hasilnya,
kulit akan kembali mulus seperti sediakala</span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>b.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Bonggol pisang untuk obat dan makanan</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Air
bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat dijadikan obat
untuk menyembuhkan penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta
untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk
makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti urap dan
lalapan</span></div>
<div class="ListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>c.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Batang Pisang yang dijadikan pakan ternak</span></strong></span></div>
<div class="ListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;">
<span>Batang
pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan
laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan
ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang dapat
meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan
kualitas dari ternak tersebut</span></div>
<div class="ListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;">
<span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span>Recycle</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Contoh penanganan limbah pisang dengan cara daur ulang (recycle) ialah</span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>a.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Cuka Kulit Pisang</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Mula-mula
kumpulkan kulit pisang sebanyak 100 kg dan lakukan proses produksi
selama 4-5 minggu. Kebutuhan bahan-bahan lain mencakup: 20 kg gula
pasir, 120 gr ammonium sulfit (NH4)2S03, 0,5 kg ragi roti (Saccharomyces
cerevisiae) dan 25 liter induk cuka (Acetobacter aceti). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Cara
rnembuatnya, kulit pisang dipotong-potong atau dicacah, lalu direbus
dengan air sebanyak 150 liter. Saring dengan kain dalam stoples.
Berdasarkan uji lapangan, bahan awal kulit pisang yang direbus itu akan
menghasilkan cairan kulit pisang kira-kira 135 liter, bagian yang hilang
7,5 kg, dan sisa bahan padat sekitar 112,5 kg. Setelah disaring ke
stoples, cairan kulit pisang ini perlu ditambah ammonium sulfit dan gula
pasir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Langkah
berikut, didinginkan dan tambahkan ragi roti. Biarkan fermentasi
berlangsung satu minggu. Hasilnya disaring lagi. Dari 135 liter cairan
kulit pisang setelah difermentasi dan disaring menjadi 130 liter larutan
beralkohol, dan lima liter produk yang tidak terpakai. Pada larutan
beralkohol itu ditambahkan induk cuka, dan biarkan fermentasi
berlangsung selama tiga minggu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Selanjutnya,
hasil fermentasi larutan beralkohol dididihkan. Nah, dalam kondisi
masih panas, cuka pisang dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu segera
ditutup dan disimpan dalam temperatur kamar. Biasanya pemasaran cuka
pisang dikemas dalam plastik berukuran 40 ml, 60 ml, atau 80 ml. Jika
dihitung, dari 100 kg kulit pisang akan diperoleh sekitar 120 liter cuka
pisang.</span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>b.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Nata dari Kulit Pisang</span></strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Potensi buah-buahan lokal Nusantara
untuk dikembangkan sebagai bahan makanan sudah terbukti. Salah satu buah
tersebut yakni pisang. Buah ini selain bisa dimakan saat segar juga
bisa dibuat berbagai jenis makanan, seperti ceriping, dan sale.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah penelitian terhadap buah pisang
dilakukan tiga dosen Universitas Negeri Yogyakarta. Sekali lagi untuk
menjadikan pisang sebagai produk olahan yang disukai masyarakat dengan
tetap memiliki kandungan gizi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang menarik, penelitian yang dilakukan
Das Salirawati MSi, Eddy Sulistyowati Apt MS, dan Retno Arianingrum MSi
yang semuanya adalah dosen Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam adalah bukan dilakukan pada buahnya, tetapi
pada kulitnya. Penelitian ini sukses menjadikan kulit pisang-yang selama
ini lebih banyak dibuang-menjadi nata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nata adalah serat yang berbentuk seperti
gel yang dibuat dengan memanfaatkan kerja bakteri Acetobacter xylinum.
“Selama ini masyarakat telah mengenal produk nata de coco atau nata yang
dibuat dari air kelapa. Nata dari kulit pisang sebenarnya sama dengan
nata de coco, bedanya nata pisang dibuat dari bahan dasar kulit pisang,”
katanya, Rabu (8/3).</div>
<div style="text-align: justify;">
Ide membuat nata dari kulit pisang,
karena terinspirasi dari penelitian sebelumnya yang bisa membuat nata
dari buah pisang. “Kenapa kemudian memilih kulit pisang karena selama
ini kulit pisang tidak termanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja.
Padahal kulit pisang ini banyak ditemui di sekitar kita, antara lain di
tempat-tempat orang jual gorengan,” ucapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Proses pembuatan nata kulit pisang yang
pertama adalah mengerok kulit bagian dalam buah pisang. Hasil kerokan
itu kemudian diblender dan dicampur air bersih dengan perbandingan 1 :
2, lalu disaring guna mendapatkan air perasan. Setelah itu ditambahkan
asam cuka biasa dengan ukuran 4-5 persen dari volume air perasan. Jika
menggunakan asam cuka absolut maka cukup 0,8 persen. Ditambahkan juga
pupuk ZA sebanyak 0,8 persen dari larutan, dan gula pasir sebanyak 10
persen. Bahan-bahan tersebut dicampurkan untuk kemudian dipanaskan
sampai mendidih.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Asam cuka dan pupuk ZA berfungsi untuk
media hidup bagi bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini membutuhkan
nitrogen dari pupuk ZA dan keasaman dari cuka. Acetobacter xylinum
inilah yang nanti akan membentuk nata,” ujar Das.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mendidih lalu dituangkan dalam
cetakan-cetakan. Dengan ketinggian cairan adonan lebih kurang 2-3 cm di
setiap cetakan. Setelah dingin, dimasukkan bakteri Acetobacter
xylinum-yang bisa dibeli dalam bentuk cairan-sebanyak 10 persen dari
campuran. Sebelum memasukkan bakteri, adonan harus benar-benar dingin,
sebab kalau masih panas bakteri akan mati. Setelah itu, cetakan ditutup
dengan kertas koran. Ini supaya udara tetap bisa masuk melalui pori-pori
kertas. Setelah dua minggu, cetakan baru boleh dibuka. Adonan pun akan
berubah menjadi berbentuk gel.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nata lalu diiris-iris, dicuci, dan
diperas sampai kering. Untuk selanjutnya direbus lagi dengan air lebih
kurang dua kali rebusan. Ini berfungsi untuk menghilangkan aroma asam
cuka. Setelah selesai, nata bisa dicampur dengan sirop atau gula sesuai
selera. Campuran rasa diperlukan karena nata berasa tawar. Nata dari
kulit pisang pun siap disajikan untuk minuman, maupun makanan kecil
lain. Diketahui dari 100 gram nata kulit pisang mengandung protein
sebanyak 12 mg. Das Salirawati mengungkapkan, penelitian itu akan
dilanjutkan untuk mencari ketebalan nata yang paling optimal. Dari
percobaan awal, diketahui dari ketebalan cairan adonan dua cm diperoleh
nata lebih kurang 1,5 cm. Masyarakat dipersilakan jika ingin mencoba
membuat nata dari kulit pisang. “Ini bisa untuk usaha alternatif skala
kecil,” tuturnya. (RWN)</div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>c.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Roti dari Kulit Pisang</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span>Kulit </span></strong><span>pisang
kerap dibuang begitu saja di sembarang tempat. Jika dibuang
sembarangan, kulit pisang bisa membuat orang tergelincir. Namun, tiga
mahasiswa Biologi ITS, tak pernah menganggap remeh kulit pisang. Karena
setelah diteliti terbukti kulit pisang memang tak bisa dianggap barang
remeh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Kulit
pisang yang sering dianggap barang tak berharga itu, ternyata memiliki
kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup,”
kata Sulfahri, salah satu dari 3 peneliti itu. Melihat kandungannya yang
cukup tinggi, ia bersama dua rekan mencoba membuat penganan dari bahan
kulit pisang itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Semula,
kami hanya memproduksi keripik kulit pisang, namun lama-kelamaan timbul
ide untuk membuat tepung dari kulit pisang,” katanya. Mahasiswa
angkatan 2007 itu mengatakan tepung pisang itu akhirnya digunakan
sebagai bahan baku kue bolu. Meski berkali-kali gagal, namun akhirnya
mereka menemukan formula yang pas untuk membuat bolu dari kulit pisang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>“Kalau
dihitung lebih dari 50 kali, namun kami sekarang sudah puas dengan
resep bolu yang kami miliki,” katanya. Kulit pisang yang cocok dibuat
tepung adalah jenis pisang raja, karena kulit pisang raja lebih tebal
dibandingkan jenis pisang lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Karya
Sulfahri dan dua rekannya itu merupakan salah satu karya inovatif yang
terpilih dalam penyaringan untuk “Biological Opus Fair” yang digelar di
Plaza dr Angka ITS Surabaya pada 17 dan 18 April 2008.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Delapan
produk inovatif yang dipamerkan adalah karya bertajuk “Pemanfaatan
Kulit Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca sapientum) sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Kue Bolu” (karya Sulfahri dari Jurusan Biologi ITS Surabaya),
dan “Water Electric Light Trap (WEL-T) sebagai Pengganti Pestisida dalam
Upaya Peningatan Produksi Pangan yang Ramah Lingkungan” (karya Resti
Afiandinie dari Jurusan Teknik Kimia ITS).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Karya
lain adalah “Pendayagunaan Talok (Muntingia calabura Linn) sebagai
Salah Satu Sumber Alternatif Baru dalam Dunia Pangan” (Fitri Linda Sari
dari Universitas Muhammadiyah Malang), kemudian “Potensi Suweg
(Amorphophallus campanulatus Bl.) sebagai Alternatif Bahan Pangan (Upaya
Menggali Potensi Pangan Lokal)” (Riana Dyah Suryaningrum dari
Universitas Muhammadiyah Malang).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Disamping
itu terdapat karya lain, seperti “Konversi Limbah Padat Menjadi Produk
Ramah Lingkungan” (Sulistiono Ningsih dari Jurusan Biologi di
Universitas Jember), “Pemanfaatan Mikroalga (Fitoplankton) sebagai
Subtitusi Sumber Bahan Bakar Premium” (Abdul Azis Jaziri dari Jurusan
Perikanan di Universitas Brawijaya Malang), “Diversifikasi Dioscorea
Flour sebagai Sumber Alternatif Pangan” (Zainal Arifin dari Jurusan
Biologi ITS Surabaya), kemudian “Pemanfaatan buah dan daun cersen/talok
sebagai keripik dan dodol” (Ria Hayati dari Jurusan Biologi ITS
Surabaya).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Tak
berbeda dengan Sulfahri, Zaenal Arifin juga mencoba membuat
diversifikasi pangan dari bahan umbi uwi. “Umbi yang bernama latin
dioscorea alata itu ternyata dapat menjadi bahan pangan yang aman bagi
penderita diabetes. Kadar gula uwi itu rendah, tapi karbohidratnya
tinggi,” kata mahasiswa jurusan Biologi ITS itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Pengolahan
uwi menjadi tepung itu pun tidak memerlukan proses yang rumit, bahkan
cukup menggunakan metode tradisional.”Saya buat dari dua macam uwi, uwi
putih dan juga uwi ungu yang sama-sama berkadar gula rendah. Uwi diparut
kasar, kemudian direndam dengan air kapur untuk memisahkan parutan
dengan getahnya. Air getah uwi itu bisa untuk pestisida yang ramah
lingkungan,” ucapnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Parutan
yang sudah dikeringkan, katanya, dapat langsung diolah menjadi tepung.
“Tepung dari uwi ini dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam
penganan, seperti kue dan mie. Rasa tepungnya sendiri tawar, jadi
gampang divariasikan,” katanya.</span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>d.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Dendeng Jantung Pisang</span></strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanaman pisang tumbuh baik dan
dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia. Jenis pohon mudah ditanam
dan hampir setiap rumah di pedesaan memiliki pohon pisang ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap petani dapat dipastikan menanam pisang, meskipun di antaranya hanya menanam pisang pada pekarangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak ada ruginya menanam pohon ini.
Apalagi, seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan rumah tangga mulai dari daun, buah, sampai bonggol pohonnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Buah dan bagian tanaman pisang pun bisa
diolah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Salah satu makanan
olahan dari bagian tanaman pisang adalah dendeng jantung pisang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Untuk
membuat dendeng jantung pisang perlu disiapkan sejumlah bahan, meliputi
empat buah jantung pisang, satu sendok makan ketumbar, 50 gr ikan teri,
10 siung bawang merah, dan empat siung bawang putih. Sedangkan
kebutuhan peralatan terdiri atas pisau, kukusan, penumbuk, dan tampah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Cara
membuatnya, ambil jantung pisang yang masih segar. Buang kelopak bagian
luar hingga tampak kelopak dalamnya berwarna putih kemerah-merahan.
Jantung pisang tersebut direbus sampai lunak. Lalu ditumbuk sampai
halus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Selanjutnya,
bumbu-bumbu ditumbuk lalu dimasak dalam wajan. Setelah itu, tumbukan
jantung pisang dimasukkan ke dalam wajan berisi bumbu. Diaduk-aduk
sampai merata, lalu tambahkan gula merah. Jika sudah masak, silakan
diangkat dan segera dicetak di atas tampah. Jadilah dendeng jantung
pisang yang telah dicetak. Dendeng tersebut dijemur selama 2-3 hari
hingga kering. Lantas, digoreng hingga masak, dan akhirnya dikemas dalam
kantong plastik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>e.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Keripik Bonggol Pisang</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Kebutuhan
bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri atas bonggol pisang,
natrium bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih, minyak goreng,
merica, dan air. Sedangkan piranti yang mesti disiapkan adalah pisau,
baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Cara
membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit luarnya, dan dicuci
dengan air bersih. Bonggol diiris menjadi irisan-irisan tipis sekitar
0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan natrium bisulfit satu
persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan
ke dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Selanjutnya,
bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam baskom dan
tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol dalam baskom yang berisi
bumbu, lalu diaduk sampai rata, dan biarkan sekitar 5-10 menit agar
bumbunya meresap.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Irisan
bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil dibolak-balik hingga
kematangan merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah keripik
bonggol pisang yang dikemas dalam kantong plastik. </span></div>
<div class="ListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>f.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Batang Pisang Sebagai Bahan Dasar Kertas Daur Ulang</span></strong></span></div>
<div class="ListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;">
<span>Batang
pisang juga dapat di olah menjadi kertas, yaitu setelah mengalami
proses pengeringan dan pengolahan lebih lanjut. proses pembuatan kertas
dari bahan batang pisang pertama-tama yang harus dilakukan adalah,
batang pisang tadi dipotong kecil-kecil dengan ukuran berkisar 25 cm,
lalu di jemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah batang
pisang tadi kering proses berikutnya adalah dengan cara direbus sampai
menjadi lunak, namun pada saat proses perebusan sebaiknya di tambah
dengan formalin atau kostik soda maksudnya adalah di samping untuk
mempercepat proses pelunaan juga untuk menghilangkan getah-getah yang
masih menempel pada batang pisang tadi, pada proses berikutnya batang
pisang yang sudah lunak tadi disaring dan dibersihkan dari zat-zat kimia
tadi baru kemudian di buat bubur ( pulp) dengan cara di blender. Baru
kemudian dicetak menjadi lembaran-lembaran kertas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span>Reduce</span></strong></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>a.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Kulit Pisang Menyimpan Tegangan Listrik</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti batu batterai. Cara pembuatannya<span> </span></span><span>pertama kulit pisang dan jeruk di buat jus, apabila tidak ada alat jus<span> </span>atau blender maka cukup dihancurkan atau di aduk hingga halus kemudian dicampur<span> </span>dengan air secukupnya. Setelah itu di buat sel elektrokimia dengan mengambil gelas<span> </span>kimia lalu larutan jus tadi ditaruh didalam gelas tersebut. Kemudian dibuat<span> </span>elektroda-elektroda yang terbuat dari Cu dan Zn. Tembaga dan seng disambung dengan<span> </span>kabel kemudian dibantu dengan tutup dari gabus dibuat variasi biar kelihatan menarik.<span> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Satu sel adalah satu wadah atau satu gelas kimia yang berisi 2 elektroda dan 1 tutup.<span> </span>Kita ukur V dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah itu di aplikasikan atau dihubungkan<span> </span>kabel tersebut dengan benda percobaan. Aplikasi yang paling sederhana dan mudah<span> </span>diamati adalah kalkulator dan jam digital, begitu disambungkan ternyata kalkulator dan<span> </span>jam tersebut bisa hidup normal seperti dihubungkan pakai batu batterai</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Dibandingkan
dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang
sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain
itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan
mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan</span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>b.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Daun pisang sebagai pembungkus makanan</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Daun
pisang digunakan untuk membungkus makanan karena dengan membungkus
makanan dengan menggunakan daun pisang akan menambah cita rasa dalam
makanan tersebut contoh bahan makanan yang sering menggunakan daun
pisang sebagai pembungkus adalah tempe. Selain itu daun pisang juga oleh
masyarakan (sekitar<span> </span>tahun 1945)<span> </span>biasa digunakan untuk membungkus rokok</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan daun pisang sebagai
pembungkus makanan akan mengurangi penggunaan plastic yang tidak ramah
lingkungan karena yang sudah kita ketahui bahwa plastic tidak bisa
terurai dan akan berdampak pada pemanasan global. </span></div>
<div class="ListParagraph" style="text-align: justify;">
<strong><span><span>c.<span> </span></span></span></strong><span dir="ltr"><strong><span>Kulit pisang untuk semir sepatu</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Bagian
dalam dari kulit pisang mengandung potassium yang merupakan bahan
penting yang terdapat dalam semir sepatu yang ada di pasaran. Setelah
menggunakan kulit pisang untuk menyemir sepatu, bersihkan sisa kulit
buah yang mengandung vitamin C, B komplek dan B6 itu dengan menggunakan
lap berbahan halus. Kandungan minyak yang terdapat dalam pisang akan
melembutkan serta mengawetkan kulit sepatu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Dengan
menggunakan kulit pisang kita dapat mengurangi pemakaian semir sepatu
yang bahannya tidak alami yang lama kelamaan akan mengurangi kualitas
dari sepatu itu dan selain itu dengan mengguanakan kulit pisang kita
bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semir sepatu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Dengan
memanfaatkan limbah pisang sebagai bahan-bahan yang akan meningkatkan
nilai tambah dari limbah tersebut maka kita juga akan mengefisienkan
biaya dan energy. Contoh dari pengefisienan biaya adalah dengan
menggunakan kulit pisang sebagai semir sepatu. Dengan menggunakan kulit
pisang sebagai pemnggati dari semir sepatu kita bisa mengurangi biaya
yang harus dikeluarkan untuk membeli semir sepatu, dengan membeli pisang
kita bisa mendapatkan dua keuntungan yaitu buah pisang yang mengandung
banyak vitamin dan kulit pisang yang bisa dibuat semir sepatu. Sedangkan
contoh untuk pengefisienan energy adalah dengan menggunakan daun pisang
sebagai pembungkus makanan, dengan menggunakan daun pisang kita bisa
menghemat energy yang keluar dari plastic yang sering digunakan karena
dengan menggunakan plastic sebagai pembungkus makanan akan mengakibatkan
pemanasan global.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Dengan
memanfaatkan limbah pisang sebagai produk baru maka akan meningkatkan
nilai tambah dari limbah tersebut. Dan akan meningkatkan nilai jual dari
limbah yang tadinya tidak berguna jadi berguna. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span>Rina Rosdiana<br />
</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span>DAFTAR PUSTAKA</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://bemteunnes.wordpress.com/2008/04/23/variabel/"><span>http://bemteunnes.wordpress.com/2008/04/23/variabel/</span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.coretan-adie.co.cc/2008/06/kulit-pisang-semir-sepatu.html"><span>http://www.coretan-adie.co.cc/2008/06/kulit-pisang-semir-sepatu.html</span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span><a href="http://ia26.wordpress.com/2008/01/19/teknology-tepat-guna/"><span>http://ia26.wordpress.com/2008/01/19/teknology-tepat-guna/</span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://www.indospiritual.com/artikel_khasiat-kulit-pisang-untuk-depresi-dan-kesehatan-retina.html"><span>http://www.indospiritual.com/artikel_khasiat-kulit-pisang-untuk-depresi-dan-kesehatan-retina.html</span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://js.unikom.ac.id/rb/bab7.html"><span>http://js.unikom.ac.id/rb/bab7.html</span></a><span> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://kertas-nyeni.blogspot.com/search/label/Kertas%20Daur%20Ulang"><span>http://kertas-nyeni.blogspot.com/search/label/Kertas%20Daur%20Ulang</span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span><a href="http://tumbuh.wordpress.com/2007/10/30/daun-pisang-klutuk/"><span>http://tumbuh.wordpress.com/2007/10/30/daun-pisang-klutuk/</span></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="http://unnes.ac.id/v6_alpha/1/artikel_280.pdf"><span>http://unnes.ac.id/v6_alpha/1/artikel_280.pdf</span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span>Sumber : http://onlinebuku.com/2009/01/29/pemanfaatan-limbah-dari-tanaman-pisang/</span></div>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-52792771961592285772012-07-17T00:32:00.001-07:002012-07-17T00:32:18.940-07:00Kandungan Kulit Pisang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://blog.ub.ac.id/dians/files/2012/06/pisang-225x300.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://blog.ub.ac.id/dians/files/2012/06/pisang-225x300.jpg" /></a></div>
Berapa nilai gizi kulit pisang? Mengapa kita mengupas pisang sebelum
makan dan tidak makan dengan kulitnya? Pakar Kimia dan biologi
mengevaluasi kandungan kulit pisang matang, bertujuan menggunakan
potensinya sebagai sumber serat makanan dalam gizi manusia. Dua jenis
tepung dibuat dari kulit pisang: a) tidak diobati (UT), dicuci dan
dikeringkan kulitnya, b) yang diobati (SMB), menggunakan kulit diobati
dengan natrium metabisulfit dan asam sitrat, dalam upaya untuk
meminimalkan penggelapan tepung. Seperti yang diharapkan, tepung kulit
pisang diturunkan menjadi sumber penting dari serat (NDF), sesuai
sekitar 32% dari berat kering nya. Penambahan tepung ini untuk diet
kasein basal menurunkan kecernaan protein dan meningkatkan curah tinja
dari tikus, yang merupakan efek terkenal dari serat makanan. Namun,
tidak mengubah kualitas protein, karena tidak ada perbedaan dalam
nilai-nilai PER dari diet belajar, di samping itu, pertumbuhan tikus
yang diberi diet yang mengandung kulit pisang tidak berbeda dengan pakan
kontrol makan. Hasil ini menunjukkan kelayakan studi teknologi
bertujuan pengembangan produk makanan dengan kulit pisang. Selain itu,
tes biologis harus direalisasikan dalam penjelasan dampaknya dalam
asupan makanan dan parameter biokimia.<br />
Musa sapientum (pisang) kulit dianalisis untuk mineral, nutrisi dan anti – nutrisi<br />
isinya. Hasil kandungan mineral menunjukkan konsentrasi (mg / g) dari kalium,<br />
kalsium, natrium, besi, mangan rubidium, brom,, strontium, zirkonium dan niobium<br />
menjadi 78,10, 19,20, 24,30, 0,61, 76,20, 0,04, 0,21, 0,03, 0,02 dan
0,02 masing-masing. itu persentase konsentrasi serat protein, lemak
kasar, karbohidrat dan minyak mentah adalah 0,90, 1,70, 59,00 dan 31,70
masing-masing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika kulit yang benar
dieksploitasi dan proses, mereka bisa menjadi sumber berkualitas tinggi
dan murah karbohidrat dan mineral untuk ternak.<br />
<br />
Sumber : http://blog.ub.ac.id/dians/category/knowledge/KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-55386214625914948062012-07-17T00:21:00.002-07:002012-07-17T00:24:07.623-07:00PENINGKATAN KUALITAS USAHA TERNAK RUMINANSIA MELALUI PEMANFAATAN HASIL SAMPING USAHA DAN AGROINDUSTRI PERTANIAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgOK5TVOJZmGNQQwcs7V8CPoeRLllvL5QeDuLCmPqRFIq51bXqz6tM2UQkUEXFy9AOa5P9Ny9mWvQYP6-was7BeZUL-GPl_veaX26csCjSjVZw7eMaSbEWwAOgMyXSz1cu0rTB4BbLGm0/s400/Silase.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgOK5TVOJZmGNQQwcs7V8CPoeRLllvL5QeDuLCmPqRFIq51bXqz6tM2UQkUEXFy9AOa5P9Ny9mWvQYP6-was7BeZUL-GPl_veaX26csCjSjVZw7eMaSbEWwAOgMyXSz1cu0rTB4BbLGm0/s320/Silase.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-weight: bold;">PENDAHULUAN</span><br />
<br />
Usaha ternak
ruminansia sebagai salah satu sumber protein hewani asal susu dan daging
memerlukan asupan bahan pakan yang tersedia dan memiliki kualitas bagus
bagi perkembangan ternak. Pakan sampai saat ini menyumbang 70% dari
total pembiayaan usaha ternak. Konsep usaha ternak ruminansia yang
dilakukan masyarakat Indonesia kebanyakan masih berupa usaha
konvensional dengan pola pemeliharaan yang sebagian besar tradisional.
Usaha peternakan yang telah intensifpun kebanyakan masih mengandalkan
sumber pakan yang biasa digunakan sejak dulu. Inovasi untuk mendapatkan
sumber pakan baru bagi ternak ruminansia mutlak diperlukan.<br />
Peningkatan
produksi ternak ruminansia memerlukan penyediaan jumlah pakan dalam
jumlah besar, terutama pakan berserat kasar kasar (roughage) yang murah.
Perluasan areal untuk penanaman pakan ternak akan semakin terbatas,
terutama pada daerah padat penduduk. Disamping itu penanaman pakan
ternak menghadapi beberapa kendala yaitu :<br />
• Memerlukan investasi lahan yang mahal<br />
• Pemeliharaan tanaman yang tidak murah<br />
• Pengangkutan hijauan ke farm yang kontinyu (tiap hari)<br />
• Hasil panen yang fluktuatif (tergantung musim)<br />
• Penyimpanan yang juga mahal (kebanyakan dalam bentuk silase)<br />
Hasil
intensifikasi tanaman pangan tidak menghasilkan pangan yang lebih
banyak, tetapi juga menghasilkan limbah berserat yang melimpah sehingga
integrasi antara tanaman pangan dengan ternak merupakan suatu
alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan yang murah.<br />
Bebrrapa upaya
harus dilaksanakan secara terpadu untuk meningkatkan pemanfaatn hasil
samping usaha dan agroindustri pertanian (termasuk perkebunan dan
kehutanan) sehingga dihasilkan bahan pakan ternak ruminansia yang
berkualitas dan bernilai ekonomis. Berbagai perlakuan akan disampaikan
berikut ini sebagai tambahan referensi untuk meningkatkan pemanfaatan
hasil samping usaha dan agroindustri pertanian.<br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">HASIL SAMPING USAHA DAN AGROINDUSTRI PERTANIAN SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF</span><br />
<br />
Hasil
samping usaha dan agroindustri pertanian (termasuk didalamnya
perkebunan dan kehutanan) sebagai pakan alternatif bagi ternak
ruminansia dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut :<br />
1. Observasi<br />
2. Identifikasi<br />
3. Penentuan perlakuan<br />
4. Formulasi dan peningkatan nilai <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Observasi</span><br />
Merupakan
langkah untuk memperoleh dokumentasi dan jenis hasil samping usaha dan
agroindustri pertanian untuk dijadikan sebagai bahan pakan. Hasil
koleksi ini terkait dengan beberapa faktor, yaitu : <br />
a. Lokasi ketersediaan bahan baku yang dekat dengan lokasi pengumpulan<br />
b. Kontinyuitas bahan yang selalu ada atau bila bahan tersebut bersifat musiman maka jumlah dalam setiap musim sangat berlimpah<br />
c. Biaya penanganan dan pengangkutan murah<br />
<span style="font-weight: bold;">Identifikasi</span><br />
Bahan
baku pakan yang telah diperoleh segera diidentifikasi keunggulannya.
Sebagai sumber protein, karbohidrat atau serat kasar.<br />
<span style="font-weight: bold;">Penentuan Perlakuan</span><br />
Bahan
baku pakan yang telah diidentifikasi dan ditentukan keunggulannya
dilakukan penentuan perlakuan prosesing lanjutan sebelum layak dijadikan
sebagai bahan baku pakan, misalnya : dikeringkan – disangrai –
difermentasi – disilase atau dilayukan<br />
<span style="font-weight: bold;">Formulasi dan Peningkatan Nilai</span><br />
Uji
laboratorium untuk mengukur kandungan bahan pakan sebelum dan setelah
perlakuan dilaksanakan sebagai tolok ukur jumlah bahan baku pakan dalam
formula ransum pakan ternak ruminansia untuk ditingkatkan nilainya
sebagai pakan terpisah atau sebagai pakan lengkap (complete feed)<br />
<span style="font-weight: bold;"><br />DEDAK PADI</span><br />
<br />
Dedak
padi (hu’ut dalam bahasa sunda) merupakan hasil sisa dari penumbukan
atau penggilingan gabah padi. Dedak tersusun dari tiga bagian yang
masing-masing berbeda kandungan zatnya. Ketiga bagian tersebut adalah:<br />
Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral <br />
• Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral. <br />
• Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna. <br />
Berhubung
dedak merupakan campuran dari ketiga bagian tersebut diatas maka
nilai/martabatnya selalu berubah-ubah tergantung dari proporsi
bagian-bagian tersebut. <br />
Menurut kelas nilainya, dedak dibagi menjadi empat kelas, yaitu:<br />
<span style="font-weight: bold;">• Dedak Kasar</span><br />
Adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan lembaga beras dan daya cernanya relatif rendah.<br />
Analisa
kandungan nutrisi: 10.6% air, 4.1% protein, 32.4% bahan ekstrak tanpa
N, 35.3% serat kasar, 1.6% lemak dan 16% abu serta nilai Martabat Pati
19<br />
Sebenarnya dedak kasar ini sudah tidak termasuk sebagai bahan
makanan penguat (konsentrat) sebab kandungan serat kasarnya relatif
terlalu tinggi (35.3%) <br />
<span style="font-weight: bold;">• Dedak halus biasa</span><br />
Merupakan
hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional (disebut juga dedak
kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung komponen kulit gabah,
juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar serat kasarnya masih
cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan konsentrat
karena kadar serat kasar dibawah 18%. Martabat Pati nya termasuk rendah
dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna.<br />
Analisa nutrisi:
16.2% air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar,
3.3% lemak dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53 <br />
<span style="font-weight: bold;">• Dedak lunteh</span><br />
Merupakan
hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan beras (slep atau polishing
beras). Dari semua macam dedak, dedak inilah yang banyak mengandung
protein dan vitamin B1 karena sebagian besar terdiri dari selaput perak
dan bahan lembaga, dan hanya sedikit mengandung kulit. Di beberapa
tempat dedak ini disebut juga dedak murni.<br />
Analisa nutrisi: 15.9%
air, 15.3% protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5%
lemak, 9.4% abu serta nilai MP adalah 67. <br />
<span style="font-weight: bold;">• Bekatul</span><br />
Merupakan
hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya bagian
asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta
lebih sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan
pecahan-pecahan kecil lembaga beras (menir). Oleh sebab itu masih dapat
dimanfaatkan sebagai makanan manusia sehingga agak sukar didapat.<br />
Analisa nutrisi: 15% air, 14.5% protein, 48.7% lemak dan 7.0% abu serta nilai MP adalah 70. <br />
Dalam
perdagangan harus cukup teliti dan waspada karena dedak sering
dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (dedak kasar) yang telah
digiling halus ke dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">DEDAK JAGUNG</span><br />
Dedak
jagung merupakan hasil sisa ikutan dari penggilingan jagung yang banyak
terdapat di daerah-daerah yang makanan pokok dari penduduknya adalah
jagung, seperti Madura dan daerah industri dan pertanian Jagung lainnya.
Dedak jagung sangat baik diberikan pada ternak hanya cara
penyimpanannya yang agak sukar karena bersifat higroskopis sehingga
mudah menjadi lembab sehingga cepat rusak.<br />
Analisa nutrisi: 9.9% air,
9.8% protein, 61.8% bahan ekstrak tanpa N, 9.8 serat kasar, 6.4% lemak
dan 2.3% abu serta nilai Martabat Pati (MP) adalah 68.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">BUNGKIL KELAPA</span><br />
Karena
minyak kelapa menduduki tempat pertama dalam memenuhi kebutuhan manusia
akan minyak goreng, bungkil kelapa sangat mudah didapatkan. Harganya
pun jauh lebih murah bila dibandingkan dengan bungkil kacang tanah.
Kadar proteinnya paling rendah diantara bungkil-bungkil yang lain, namun
nilai martabat makanannya cukup tinggi karena zat-zat yang dikandung
bungkil kelapa mudah dicerna.<br />
Yang disebut bungkil kelapa ini
biasanya adalah hasil sisa dari pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa
yang didapat dari daging kelapa yang telah dikeringkan terlebih dahulu.<br />
Sangat
baik diberikan pada sapi perah sebab dapat meningkatkan kadar lemak
susu sehingga meningkatkan kualitas susu. Pemberiannya tergantung pada
berat badannya yaitu antara 1.5 - 2.5 kg/ekor/hari. Sedangkan untuk babi
antara 0.75 - 1.5kg/ekor/hari. Baik pula diberikan pada ayam dengan
pemberian sampai +/- 25%.<br />
Untuk kuda juga dapat diberikan hanya dalam
jumlah sedikit dan dicampur dengan gabah atau dedak, sebab apabila
terlalu banyak dapat menyebabkan diare.<br />
Analisa nutrisi: 11.6% air,
18.7% protein, 45.5% bahan ekstrak tanpa N, 8.8% serat kasar, 9.6% lemak
dan 5.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) 81.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">BUNGKIL KACANG TANAH</span><br />
Bungkil
ini sekarang mudah didapat karena sudah banyak pabrik-pabrik minyak
kacang, baik pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya
paling tinggi diantara bungkil bungkil yang lain yang umum digunakan.<br />
Baik
untuk digunakan sebagai komposisi dalam ransum konsentrat untuk sapi,
babi dan ayam. Hanya perlu dibatasi jumlah pemberiannya karena kadar
lemaknya yang cukup tinggi dan harganya relatif mahal.<br />
Analisa
nutrisi: 6.6% air, 42.7% protein, 27% bahan ekstrak tanpa N, 8.9% serat
kasar, 8.5% lemak dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">ONGGOK</span><br />
Merupakan
hasil sisa dalam pembuatan tepung kanji. Dapat diberikan pada ternak
sapi dan babi sebagai komposisi ransumnya. Ampas ketela pohon ini
berguna sebagai sumber karbohidrat untuk stimulasi dalam pembuatan
silase.<br />
Analisa nutrisi: 18.3% air, 0.8% protein, 78% bahan ekstrak
tanpa N, 2.2% serat kasar, 0.2% lemak dan 2.5% abu serta nilai MP adalah
76.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">KULIT ARI KEDELAI (KLECI)</span><br />
Merupakan
hasil sortir penggilingan kacang kedelai yang digunakan untuk proses
pembuatan tahu dan tempe. Karena merupakan kulit, maka bahan baku pakan
ini perlu diberi perlakuan berupa perebusan (minimal perendaman) untuk
meningkatkan kecernaan bahan. Ciri umum limbah seperti itu, mengandung
serat kasar (selulosa, lignoselulosa dan hemiselulosa) yang tinggi.
Molekul kompleks ini sebenarnya tersusun dari ikatan rantai panjang
glukosa (ikatan 1,6 - beta glukosidik). <br />
Secara alamiah, di dalam
rumen serat akan dibongkar (degradasi) oleh mikrobia selulolitik menjadi
molekul yang lebih sederhana, termasuk glukosa. Molekul sederhana ini
akan disintesa oleh mikrobia untuk membuat asam-asam lemak dan protein,
yang nantinya diserap usus halus. <br />
Semakin mudah pakan didegradasi
oleh mikrobia maka semakin cepat laju sintesa itu, nutrien yang diserap
usus halus akan makin banyak pula. Sehingga pertumbuhan sapi pun semakin
baik. <br />
Tanpa perlakuan khusus, nilai kecernaan pakan rendah alias
sulit didegradasi karena kuatnya ikatan 1,6 - beta glukosidik. Laju
sintesa asam lemak dan protein pun lambat karena harus melalui tahap
pemecahan serat di dalam rumen.<br />
Cara lain yang umum dipakai untuk
memecah – atau setidaknya merenggangkan – ikatan 1,6- beta glukosidik
adalah dengan fermentasi dan pemanasan. Fermentasi memerlukan waktu
lebih lama dan tempat khusus, sementara dengan pemanasan, peternak perlu
mengeluarkan biaya bahan bakar. <br />
Menurut penelitian, pemanasan mampu
meningkatkan nilai kecernaan kleci hingga mencapai 90%, meningkat 25 –
30 % dibanding jika diberikan apa adanya. Selain itu laju pencernaan
pakan menjadi 4 jam, 2 jam lebih cepat dari umumnya. Hal ini disebabkan
karena pakan lebih mudah dicerna. Dengan demikian sapi bisa makan dengan
porsi lebih banyak dalam sehari.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Fermentasi Jerami Padi</span><br />
Proses
fermentasi Jerami Padi memerlukan lokasi yang ternaungi beralas tanah.
Fermentasi jerami padi dimaksudkan untuk memanfaatkan hasil samping
usaha pertanian padi dan meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat
dijadikan sebagai sumber pakan berserat ternak rumiansia.<br />
Proses Fermentasi Jerami Padi :<br />
1. Jerami ditumpuk dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak dengan ketinggian 50cm pada lokasi ternaungi beralas tanah<br />
2.
Diatas tumpukan tersebut diperciki tetes tebu sebanyak 2 liter/ton
(bila tidak ada tetes tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,3% dari berat
jerami) dan atau Probiotik <br />
3. Diatas tumpukan pertama diberi lagi
jerami dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak dengan ketinggian 50cm
serta diperciki tetes tebu sebanyak 2 liter/ton (bila tidak ada tetes
tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,3% dari berat jerami) dan atau
Probiotik <br />
4. Perlakuan yang sama dilakukan sampai terbentuk beberapa tumpukan (tinggi minimal tumpukan adalah 1,5 meter)<br />
5.
Setelah terbentuk tumpukan yang dimaksud, dilakukan penyiraman untuk
memberi kadar air tumpukan min 60% (kondisi yang baik untuk pertumbuhan
mikroba fermentor). Lakukan penutupan bagian atas tumpukan dengan
karung plastik atau kardus atau daun lebar<br />
6. Biarkan terjadi proses fermentasi selama 14 hari<br />
7.
Setelah 14 hari, tumpukan dibongkar dan dikeringkan atau
diangin-anginkan sampai kering sebagai stok pakan atau dapat juga
langsung diberikan sebagai pakan berserat untuk ternak ruminansia <br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Hasil laboratorium pengujian Jerami Segar dan jerami Fermentasi</span><br />
Hasil Analisa Jerami Segar Jerami Fermentasi<br />
Air 59.16 10,17<br />
Abu 24,5 19,87<br />
Protein Kasar 4,3 9,03<br />
Lemak 2,5 1,52<br />
Serat Kasar 33,8 31,8<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Diuji oleh : Fakultas Teknologi Pertanian UGM – Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian<br />Sumber : LHM – Research Station, Makalah Pelatihan Integrated Farming System</span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pelepah dan Daun Kelapa Sawit</span><br />
Pelepah
dan Daun Kelapa Sawit dapat dijadikan sebagai pakan berserat ternak
ruminansia dengan cara dichopper (dicacah) terlebih dahulu dan dilayukan
selama satu malam<br />
<br />
Lumpur Sawit<br />
Lumpur hasil agroindustri
pengolahan kelapa sawit dapat dijadikan sebagai pengganti bekatul sampai
80% dengan cara melakukan pengeringan lumpur sawit dan digiling menjadi
tepung<br />
<span style="font-weight: bold;"><br />Serat Sawit</span><br />
Serat
buah kelapa sawit dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku pakan
berserat dengan cara difermentasi. Proses fermentasi serat sawit sama
dengan proses fermentasi jerami padi sebagai berikut :<br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Proses Fermentasi Serat Sawit :</span><br />
1.
Serat Sawit ditumpuk dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak dengan
ketinggian 50cm pada sebuah wadah dari kayu dengan dinding papan yang
tidak rapat (untuk sirkulasi udara) pada lokasi ternaungi<br />
2. Diatas
tumpukan tersebut diperciki tetes tebu sebanyak 2 liter/ton (bila tidak
ada tetes tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,3% dari berat serat
sawit), lumpur hasil samping agroindustri kelapa sawit sebanyak 5% dari
total serat sawit dan atau Probiotik <br />
3. Diatas tumpukan pertama
diberi lagi serat sawit dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak dengan
ketinggian 50cm serta diperciki tetes tebu sebanyak 2 liter/ton (bila
tidak ada tetes tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,3% dari berat serat
sawit), lumpur hasil samping agroindustri kelapa sawit sebanyak 5% dari
total serat sawit dan atau Probiotik<br />
4. Perlakuan yang sama dilakukan sampai terbentuk beberapa tumpukan (tinggi minimal tumpukan adalah 1,5 meter)<br />
5.
Setelah terbentuk tumpukan yang dimaksud, dilakukan penyiraman untuk
memberi kadar air tumpukan min 60% (kondisi yang baik untuk pertumbuhan
mikroba fermentor) Lakukan penutupan bagian atas tumpukan dengan karung
plastik atau kardus atau daun lebar<br />
6. Biarkan terjadi proses fermentasi selama 14 – 21 hari<br />
7.
Setelah 14 – 21 hari, tumpukan dibongkar dan dikeringkan atau
diangin-anginkan sampai kering sebagai stok pakan atau dapat juga
langsung diberikan sebagai pakan berserat untuk ternak ruminansia <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">FERMENTASI KULIT BUAH COKELAT</span><br />
Tanaman Cacao (cokelat) akan menghasilkan :<br />
1. Biji Cokelat <br />
2. Kulit Biji Cokelat<br />
3. Kulit Buah Cokelat (cacao pod)<br />
<span style="font-style: italic;">Teknik fermentasi kulit buah cacao adalah :</span><br />
1.
Kulit buah kakao (cacao pod) segar (kadar air ± 85 %) diturunkan kadar
airnya sampai ± 70% dengan cara dikeringkan sinar matahari selama 6 jam
penyinaran. <br />
2. Kulit buah kakao difermentasi dengan menggunakan 3 kg Probiotik dan 6 kg Urea/ton kulit buah kakao pada lokasi ternaungi<br />
3.
Lakukan penutupan bagian atas tumpukan dengan karung plastik atau
kardus atau daun lebar. Biarkan terjadi fermentasi selama 14 hari<br />
4. Setelah 14 hari lakukan pembongkaran tumpukan, dikeringkan dan digiling dengan lobang saringan 50 mm.<br />
Tujuan
Fermentasi adalah untuk menaikan daya cerna melalui menyederhakan
ikatan struktur kompleks pada kulit buah cokelat, palatabilitas (nilai
kesukaan ternak) dan penyerapan nutrisi kulit buah cokelat. Fermentasi
juga dilakukan untuk meredam efek buruk racun theobromine dan asam fitat
yang dapat menyebabkan diare dan penurunan daya serap usus pada ternak
ruminansia.<br />
<br />
<span style="font-style: italic;"><br />Catatan : </span><br />
Pada
Unggas, pemberian kulit buah cokelat segar akan member efek zat anti
nutrisi, yaitu theobromine (3,7 dimethylxan-tine) sebagaimana dilakukan
oleh Wong et. al., 1986, menunjukkan bahwa konsumsi theobromine pada
unggas ternyata mengganggu pertumbuhan, menurunkan produksi telur,
terjadi lesi pada usus halus dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Diduga, menurunnya kecernaan bahan kering, protein kasar maupun energi
termetabolis yang sejalan dengan kenaikan pemakaian kulit buah cokelat
dalam ransum karena adanya racun theobromine tersebut. <br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">FERMENTASI AMPAS TEBU</span><br />
Proses
fermentasi ampas tebu (bagassilo) memiliki prinsip yang sama dengan
fermentasi jerami padi. Ampas tebu memiliki kandungan lignin yang
tinggi (+ 19,7%), kandungan protein rendah (+ 2%) dan Total Digestible
Nutrientnya (TDN) rendah (+ 28%) sehingga perlu dilakukan perlakuan
khusus dengan tujuan :<br />
1. Struktur lignin dapat disederhanakan sehingga bermanfaat dan dapat meningkatkan nilai tukar kation pada pakan<br />
2.
Nilai Total Digestible Nutrient (kecernaan) dan kandungan protein dapat
meningkat sehingga memenuhi syarat sebagai pakan ternak ruminansia.<br />
Keunggulan ampas tebu dibanding jerami padi adalah rendahnya kandungan silica. <br />
Proses Fermentasi Ampas Tebu :<br />
1.
Ampas Tebu ditumpuk dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak dengan
ketinggian 50cm pada sebuah wadah dari kayu dengan dinding papan yang
tidak rapat (untuk sirkulasi udara) pada lokasi ternaungi<br />
2. Diatas
tumpukan tersebut diperciki tetes tebu sebanyak 4 liter/ton (bila tidak
ada tetes tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,6% dari ampas tebu),
pupuk TSP sebanyak 0,2%, pupuk ZA sebanyak 0,2% dan atau Probiotik <br />
3.
Diatas tumpukan pertama diberi lagi ampas tebu dan dipadatkan dengan
cara dinjak-injak dengan ketinggian 50cm serta diperciki tetes tebu
sebanyak 4 liter/ton (bila tidak ada tetes tebu dapat digunakan urea
sebanyak 0,6% dari berat ampas tebu), pupuk TSP sebanyak 0,2%, pupuk ZA
sebanyak 0,2% dan atau Probiotik <br />
4. Perlakuan yang sama dilakukan sampai terbentuk beberapa tumpukan (tinggi minimal tumpukan adalah 1,5 meter)<br />
5.
Setelah terbentuk tumpukan yang dimaksud, dilakukan penyiraman untuk
memberi kadar air tumpukan min 60% (kondisi yang baik untuk pertumbuhan
mikroba fermentor) Lakukan penutupan bagian atas tumpukan dengan karung
plastik atau kardus atau daun lebar<br />
6. Biarkan terjadi proses fermentasi selama 14 – 21 hari<br />
7.
Setelah 14 – 21 hari, tumpukan dibongkar dan dikeringkan atau
diangin-anginkan sampai kering sebagai stok pakan atau dapat juga
langsung diberikan sebagai pakan berserat untuk ternak ruminansia <br />
<span style="font-weight: bold;"><br />FERMENTASI PUCUK TEBU</span><br />
Pucuk
tebu memiliki proporsi sebesar 23% dari seluruh batang tebu. Proses
fermentasi pucuk tebu (cane top) memiliki prinsip yang sama dengan
fermentasi jerami padi dan ampas tebu. <br />
<span style="font-style: italic;">Proses Fermentasi Pucuk Tebu :</span><br />
1.
Pucuk Tebu dipotog-potong dengan panjang 5 – 7,5 cm lalu ditumpuk dan
dipadatkan dengan cara dinjak-injak dengan ketinggian 50cm pada lokasi
ternaungi <br />
2. Diatas tumpukan tersebut diperciki tetes tebu sebanyak 2
liter/ton (bila tidak ada tetes tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,3%
dari berat pucuk tebu) dan atau Probiotik <br />
3. Diatas tumpukan
pertama diberi lagi pucuk tebu dan dipadatkan dengan cara dinjak-injak
dengan ketinggian 50cm serta diperciki tetes tebu sebanyak 4 liter/ton
(bila tidak ada tetes tebu dapat digunakan urea sebanyak 0,6% dari berat
pucuk tebu) dan atau Probiotik <br />
4. Perlakuan yang sama dilakukan sampai terbentuk beberapa tumpukan (tinggi minimal tumpukan adalah 1,5 meter)<br />
5.
Setelah terbentuk tumpukan yang dimaksud, dilakukan penyiraman untuk
memberi kadar air tumpukan min 60% (kondisi yang baik untuk pertumbuhan
mikroba fermentor) Lakukan penutupan bagian atas tumpukan dengan karung
plastik atau kardus atau daun lebar<br />
6. Biarkan terjadi proses fermentasi selama 14 hari<br />
7.
Setelah 14 hari, tumpukan dibongkar dan dikeringkan atau
diangin-anginkan sampai kering sebagai stok pakan atau dapat juga
langsung diberikan sebagai pakan berserat untuk ternak ruminansia <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">FERMENTASI TONGKOL JAGUNG</span><br />
Pemanfaatan
tongkol jagung sampai saat ini hanya digunakan sebagai bahan bakar
untuk memasak dan belum imanfaatkan secara maksimal. Tongkol jagung
selain klobot (seludang luar buah jagung) dapat digunakan sebagai pakan
ternak ruminansia setelah diberi perlakuan fermentasi. Fermentasi
tongkol jagung dilakukan karena memiliki kandungan lignin, sellulosa,
hemisellulosa dan silika yang masih cukup tinggi.<br />
Kandungan lignin
dan silika yang tingi dapat menghambat kemampuan mikroflora dalam rumen
untuk mencerna. Peningkatan kecernaan tongkol jagung dapat dilakukan
dengan melaukan fermentasi dengan cara :<br />
1. Tongkol jagung digiling sampai sebesar pipilan buah jagung<br />
2. Dilakukan fermentasi dengan menggunakan probiotik sebanyak 15 gram/10 kg tongkol jagung<br />
3. Kelembaban awal sebesar 60%<br />
4. Lama proses fermentasi selama 4 – 5 hari<br />
Tongkol jagung fermentasi dapat digunakan sebagai pengganti dedak sampai 67%<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">KULIT SINGKONG</span><br />
Kulit
umbi ubi kayu/singkong dapat digunakan sebagai sumber serat kasar dan
energi bagi ternak ruminansia. Caranya adalah dengan melakukan
pengeringan untuk mengurangi pengaruh sianida (zat anti nutrisi pada ubi
kayu), setelah kering kemudian kulit ubi kayu tersebut digiling dan
dicampur dengan bahan pakan lain sebagai pakan penguat (konsentrat)<br />
<span style="font-weight: bold;"><br />AMPAS TAHU</span><br />
Merupakan
hasil samping proses pembuatan tahu yang memiliki kandungan Protein
Kasar mencapai 21,16% dengan kondisi bahan baku sudah dimasak sehingga
memiliki kecernaan yang cukup tinggi. Hanya saja Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen yang tinggi membuatnya sulit untuk difermentasi sehingga
memerlukan bantuan bahan baku lain yang memiliki kandungan air rendah
sehingga mampu mencapai kadar air optimum (sebesar 60 – 70%) untuk
mempercepat proses fermentasi asam lemak dan meningkatkan daya tahan
sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.<br />
Bahan baku yang dapat digunakan untuk fermentasi adalah dedak atau onggok. <br />
<span style="font-weight: bold;"><br />Fermentasi Ampas Tahu</span><br />
1. Ampas tahu dimasukkan dalam karung plastik, lalu diinjak-injak atau dipadatkan untuk menghilangkan kadar air<br />
Campurkan dedak atau onggok dengan perbandingan Ampas Tahu : Dedak/Onggok = 75 : 25 secara merata<br />
2. Siapkan drum plastik dan kantong plastik yang masih baik (tidak bocor) lalu lapisi bagian dalam drum dengan kantong plastik<br />
3. Masukkan campuran kedalam drum plastik sambil dipadatkan<br />
4. Sisa kantong plastik diikat dengan kuat dan dipastikan bahwa tidak ada udara yang masuk kedalam drum plastik<br />
5. Tutup rapat drum plastik, bila perlu beri pemberat diatasnya (ban dengan batu diatasnya) agar air dan udara tertekan<br />
6. Simpan sampai 21 hari, daya penyimpanan dapat mencapai 6 bulan apabila jaminan kedap udara didalam drum plastik terpenuhi<br />
7.
Aplikasi pemberian pada ternak, sebaiknya ditambah dengan mineral,
karena ampas tahu mengandung Kalsium dan Phosphor yang rendah<br />
<span style="font-weight: bold;"><br />AMPAS BIR</span><br />
Merupakan
hasil samping proses pembuatan bir yang berasal dari gandum. Sama
seperti ampas tahun ampas bir memiliki kandungan Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen yang tinggi membuatnya sulit untuk difermentasi sehingga
memerlukan bantuan bahan baku lain yang memiliki kandungan air rendah
sehingga mampu mencapai kadar air optimum (sebesar 60 – 70%) untuk
mempercepat proses fermentasi asam lemak dan meningkatkan daya tahan
sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.<br />
Bahan baku yang dapat digunakan untuk fermentasi adalah dedak atau onggok. <br />
<br />
<span style="font-style: italic;">Fermentasi Ampas Bir</span><br />
1. Ampas bir dimasukkan dalam karung plastik, lalu diinjak-injak atau dipadatkan untuk menghilangkan kadar air<br />
2. Campurkan dedak atau onggok dengan perbandingan Ampas Bir : Dedak/Onggok = 75 : 25 secara merata<br />
3. Siapkan drum plastik dan kantong plastik yang masih baik (tidak bocor) lalu lapisi bagian dalam drum dengan kantong plastik<br />
4. Masukkan campuran kedalam drum plastik sambil dipadatkan<br />
5. Sisa kantong plastik diikat dengan kuat dan dipastikan bahwa tidak ada udara yang masuk kedalam drum plastik<br />
6. Tutup rapat drum plastik, bila perlu beri pemberat diatasnya (ban dengan batu diatasnya) agar air dan udara tertekan<br />
7. Simpan sampai 21 hari, daya penyimpanan dapat mencapai 6 bulan apabila jaminan kedap udara didalam drum plastik terpenuhi<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Silase </span><br />
Dr.
Wayne K. Coblentz, seorang assistant professor dari University of
Arkansas melalui jurnal ilmiahnya menyatakan bahwa silase adalah suatu
produk yang dihasilkan dari pemanenan tanaman makanan ternak/hijauan
pada kadar air (moisture content) yang tinggi (lebih besar dari 50%)
kemudian hasil panen tersebut difermentasikan dalam lubang, menara
(tower), parit (trench), atau plastik silo. Idealnya, proses ini harus
terjadi tanpa kehadiran oksigen (total absence of oxygen). Proses
fermentasi dalam pembuatan silase dibantu oleh mikroorganisme dalam
kondisi anaerob/hampa udara (air tight) yang mengubah karbohidrat atau
gula tanaman (plant sugars) menjadi asam laktat oleh Lactobacillus Sp.
Silase dapat menekan proses aktivitas bakteri pembusuk yang akan
menurunkan mutu hijauan sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Pengetahuan tentang fermentasi hijauan dengan mengunakan silase
diperkirakan telah berusia lebih dari 3000 tahun. Beberapa silo (tempat
pembuatan silase) telah ditemukan pada reruntuhan Chartage yang
mengindikasikan bahwa silase telah dibuat di sana sekira 1200 tahun
sebelum masehi. Tercatat pula bahwa bangsa Jerman pada abad pertama
telah menyimpan hijauan makanan ternak dalam lubang di tanah. Pada
pertengahan abad ke-19, silase rumput dan gula bit telah menyebar ke
Eropa (Siefers, 2000).<br />
Hijauan yang melebihi kebutuhan dan melimpah
di musim hujan jika dibiarkan di udara terbuka akan terjadi penurunan
nilai gizi yang disebabkan mikroorganisme aerob. Oleh karena itu,
hijauan perlu diawetkan dengan pembuatan silase. Hijauan seperti batang
dan daun jagung (Zea mays) sudah dipakai meluas sebagai bahan pembuatan
silase. Hijauan terbaik yang telah diperoleh tersebut harus dipotong
atau dicacah terlebih dahulu sebelum pembuatan silase dengan maksud
untuk meningkatkan volume dan mempercepat proses fermentasi. Setelah
itu, hijauan harus segera dimasukan kedalam silo dengan kepadatan tinggi
kemudian ditutup dengan cepat untuk mencegah masuknya oksigen. Di dalam
silo inilah hijauan akan difermentasi atau diawetkan sampai tiba saat
diberikan pada ternak.<br />
Pembuatan silase memang sederhana, namun jika
dilihat dari aspek teknologi maka di dalam pembuatan silase ini terdapat
proses fermentasi dan proses-proses lain yang sangat kompleks dimana
melibatkan faktor mikrobiologi, kimia, dan fisik. Proses pembuatan
silase dinamakan ensilase. Prinsip dasarnya adalah fermentasi dalam
kondisi asam dan anaerob. Dua kondisi tersebut merupakan kunci
keberhasilan dalam pembuatan silase. Beberapa aspek yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan silase antara lain kandungan oksigen
dalam silo, kandungan gula dan air pada bahan, dan temperatur.
Penghilangan oksigen ini sangat penting karena menurut Dr. Wayne K.
Coblentz, sel tumbuhan tidak langsung mati pada saat pemanenan, namun
sel tersebut terus bernapas. Apabila oksigen masih terdapat pada silo,
maka gula (plant sugars) akan teroksidasi (oxidized) dan hal ini sangat
merugikan karena gula sangat esensial dalam fermentasi sehingga oksidasi
ini harus dicegah dengan cara pengeluaran oksigen. Oksidasi gula
tanaman pun akan menurunkan nilai energi dari hijauan dan secara tidak
langsung akan meningkatkan komponen serat yang memliki kecernaan rendah
bagi ternak. Oleh karena itu, kandungan oksigen dalam silo harus
dibatasi sehingga tercipta kondisi anaerob. Gula pada hijauan berguna
sebagai substrat primer (primary substrate) bagi bakteri penghasil asam
laktat yang akan menurunkan pH atau derajat keasaman (acidity) pada
silase sehingga silase akan stabil dan awet pada waktu yang lama.
Apabila kandungan gula pada bahan ini rendah, maka fermentasi tidak akan
berjalan sempurna. Hal tersebut dikarenakan ketidakhadiran bakteri
penghasil asam laktat. Fermentasi akan berlangsung secara maksimal pada
saat gula tersebut difermentasi oleh bakteri penghasil asam laktat.
Pembuatan silase dalam skala besar dengan jumlah yang sangat banyak,
harus dilakukan pemilihan hijauan/bahan yang memiliki kandungan gula
tinggi. Jika kandungan gula pada hijauan kurang, maka perlu dilakukan
penambahan zat aditif untuk sumber substrat (substrate sources) bagi
bakteri penghasil asam laktat. Aditif yang digunakan tentu harus
merupakan bahan yang mengandung gula yang salah satunya adalah molases
(produk sampingan dari ekstraksi gula yang berasal dari tumbuhan). Bahan
aditif lainnya bagi silase biasanya berupa bakteri inokulan (bacterial
inoculants) dan enzim. David K. Combs, dari University
Wisconsin-Madison menggolongkan bakteri inokulan silase menjadi dua,
yaitu bakteri homofermentatif dan bakteri heterofermentatif. Bakteri
homofermentatif merupakan bakteri yang umum dalam menghasilkan asam
laktat, contohnya adalah Lactobacillus plantarum, L. Acidophilus,
Pediococcus cerevisiae, P. Acidilactici dan Enterococcus faecium.
Organisme ini telah menunjukan kemampuannya dalam menurunkan pH selama
proses fermentasi, mengurangi tingkat kehilangan bahan kering (dry
matter) silase, sehingga performans ternak dapat meningkat. Namun,
silase yang difermentasi dengan bakteri homofermentatif ini kurang
stabil ketika diekspos ke udara karena asam laktat yang dproduksi oleh
bakteri homofermentatif ini dapat dimetabolis dengan cepat oleh beberapa
spesies ragi (yeast) dan jamur (mold). <br />
Bakteri heterofermentatif
dapat menghasilkan asam laktat dan asetat dalam proses fermentasi,
contohnya adalah Lactobacillus buchneri. Bakteri heterofermentatif ini
dapat mengurangi pertumbuhan ragi dan silase akan terlindung oleh suhu
yang tinggi saat diekspos ke udara. Keuntungan ekonomis dari penggunaan
Lactobacillus buchneri sebagai inokulan bergantung pada jumlah hijauan
yang dapat disimpan dengan mengurangi penyusutan (losses) yang
diasosiasikan dengan ketidaksatabilan aerob. Kandungan air pada bahan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada proses fermentasi.
Kandungan air yang optimal pada bahan dalam keadaan segar berkisar
antara 60-70% atau 65%. Dalam persentase air sebanyak itu akan sangat
mendukung dalam proses fermentasi dan penghilangan oksigen pada silo
saat pengemasan. Persentase kandungan air yang terlalu tinggi pada bahan
akan menyebabkan tingginya konsentrasi asam butirat (butiryc acid) dan
amonia, silase seperti ini akan memiliki keasaman yang kurang (pH
tinggi). Hal tersebut akan menyebabkan bau yang menyengat pada silase
sehingga tidak akan dikonsumsi oleh ternak. Kelebihan kandungan air pada
bahan pun akan menyebabkan fermentasi clostridial yang tidak
diinginkan.<br />
Pengontrolan temperatur silase sangat penting dilakukan
agar berlangsung proses fermentasi karena pengontrolan temperatur sangat
mendukung dalam pembentukan asam laktat. Reaksi antar gula (sugars)
dengan oksigen akan menghasilkan karbondioksida, air, dan panas (heat).
Untuk mengurangi suhu yang tinggi, maka harus dilakukan pengeluaran
oksigen dari silo. Temperatur silase harus dipertahankan dimana
fermentasi dapat berjalan secara optimal dan pembentukan bakteri asam
laktat dapat berlangsung. Apabila beberapa aspek tadi telah
diperhatikan dengan baik, maka kemungkinan akan diperoleh silase dengan
kualitas baik pula. Dinas Peternakan Jawa Barat memiliki standar
kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Ada
empat indikator yang digunakan dalam menilai kualitas tersebut, yaitu
wangi, rasa, warna, dan sentuhan. Silase yang baik memiliki wangi
seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk
mencicipinya dengan rasa yang manis dan terasa asam seperti youghurt.
Warna kualitas silase yang baik adalah berwarna hijau kekuning-kuningan
dan kering. Meskipun demikian, silase tidak akan pernah lebih baik
dari hijauan aslinya karena adanya sejumlah tertentu zat makanan akan
hilang selama proses fermentasi yang berjalan tidak sempurna. Silase pun
bersifat slighty laxative atau bersifat pencahar yang dapat disebabkan
bahan aditif seperti molases dengan kandungan kalium tinggi sehingga
pemberian silase sebaiknya dicampur dengan hijauan kering (dry roughage)
non-legum yang bersifat constipaty.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Parameter Kualitas Silase yang baik dan layak sebagai pakan ternak<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Pengeringan Tanaman Pakan Ternak</span><br />
<br />
Hay
adalah pengawetan hijauan pakan ternak (misalnya : rumput gajah, rumput
raja, batang dan daun jagung) yang sengaja dipotong dan dikeringkan
dengan bantuan sinar matahari atau dengan alat pengering sehingga
hijauan memiliki kadar air 10 – 15%. Pembuatan hay tanaman pakan ternak
dapat dilakukan dengan cara memotong atau mencincang tanaman (cincangan
halus terutama dilakukan pada bagian batang) dan selanjutnya dijemur
pada hamparan lokasi yang memiliki intensitas penyinaran yang baik atau
pada alat pengering. <br />
Untuk proses pembuatan hay melalui penjemuran
dilakukan pembalikan agar pengeringan bahan dapat berlangsung secara
merata. Pada waktu sore hari atau menjelang turun hujan, bahan
dikumpulkan dan ditumpuk serta ditutup dengan terpal plastik. Hal ini
dilakukan untuk melindungi bahan dari embun yang turun dimalam hari dan
atau air hujan. Pada keesokan harinya tumpukan kembali dijemur disertai
pembalikan untuk meratakan proses pengeringan. Pencapaian kadar air
sebesar 10 – 15% biasanya memerlukan waktu 3 – 5 hari atau setelah tidak
terjadi penurunan berat bahan saat penimbangan. Selanjutnya dilakukan
pengemasan dengan cara memasukkan bahan kedalam wadah untuk memudahkan
penyimpanan. Lokasi penyimpanan sebaiknya merupakan lokasi yang bersih
dan kering serta terhindar dari air hujan. Susunan wadah penyimpanan
yang rapi dan diberi jarak antar tumpukan sehingga akan memudahkan
pengambilan dan jumlah hay yang disimpan akan lebih banyak.<br />
Pemberian
hay dapat dilakukan langsung pada ternak tanpa perlakuan apapun. Hay
dapat diberikan sebagai pakan tunggal untuk ternak. Kebanyakan ternak
ruminansia memiliki tingkat kesukaan yang tinggi, karena hay yang
diproses dengan baik memiliki bau seperti daun dan batang jagung segar
dan rasanya manis. Bila ternak belum mau, maka pemberian dapat
dilakukan sedikit demi sedikit sampai ternak memiliki tingkat kesukaan
yang baik. Satu kilogram hay setara dengan tujuh kilogram tanaman pakan
ternak segar.<br />
<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">DAFTAR ISTILAH LAIN</span><br />
Angka
Manfaat: angka persentasi yang menunjukkan perbandingan antara energi
netto dengan energi zat-zat makanan yang dapat dicerna dari bahan
makanan yang bersangkutan.<br />
Abu: Zat-zat mineral yang ditentukan dengan membakar makanan (zat organik).<br />
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN): Bagian dari bahan makanan yang mengandung karbohidrat, gula dan pati.<br />
Bahan Kering (BK): Berat konstan bahan makakan setelah dihilangkan kandungan airnya dengan pemanasan 105 derajat celcius.<br />
Daya Cerna: Persentase makanan yang dimakan dibanding denagn yang dikeluarkan sebagai faeces/tinja.<br />
Energi
Bruto: Semua panas yang bebas pada pembakaran, panas ini dihasilkan
dari suatu makanan yang seluruhnya dibakar sehingga menghasilkan zat-zat
terakhir seperti CO2, H2O, dan gas lain.<br />
Energi Dapat Dicerna
(Digestible Energy): Nilai energi bruto bahan makanan dikurangi zat-zat
yang tidak dapat dicerna (energi dalam faeces).<br />
Energi Netto: Energi tersedia dikurang energi thermis.<br />
Energi Thermis: Energi yang dipergunakan untuk pengunyahan dan proses pencernaan.<br />
Imbangan
Protein (IP): Imbangan antara protein yang dapat dicerna dengan zat-zat
makanan lainnya yang dapat dicerna dalam ransum.<br />
Kalori (cal):
Jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram/ 1 kg air dari
14.5 derajat celcius menjadi 15.5 derajat celcius.<br />
Makanan Penguat
(konsentrat): Bahan makanan yang tinggi kadar zat-zat makanan seperti
protein atau karbohidrat dan rendahnya kadar serat kasar (dibawah 18%)<br />
Martabat
Pati (MP): Angka yang menunjukkan jumlah pati (dalam satuan kg) yang
sama besar dayanya dengan 100kg bahan makanan/ransum dalam membentuk
lemak yang sama banyaknya dalam tubuh.<br />
Metabolisme Energi (ME): Nilai
energi yang terhimpun pada zat-zat yang dapat dicerna dikurangi nilai
energi yang keluar sebagai air kencing (urine) dan gas-gas usus.<br />
Protein: Bagian bahan makanan yang mengandung persenyawaan nitrogen yang disusun oleh asam-asam amino esensial dan non-esensial.<br />
Protein Dapat Dicerna (Pdd): Bagian protein dalam bahan makanan ternak yang dapat dicerna atau diserap dalam tubuh.<br />
Ransum:
Campuran dari berbagai macam bahan makanan, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidup ternak baik dalam jumlah maupun kualitasnya.<br />
Serat Kasar: Bagian dari bahan makanan yang sulit dicerna.<br />
Total
Digestible Nutrient (TDN): Semua zat makanan (yang terkandung dalam
bahan makanan yang dapat dicerna, seperti protein, karbohidrat, serat
kasar dan lemak.<br />
Zat Makanan: Zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
kelangsungan hidup tumbuh dan berproduksi, merupakan salah satu dari
berbagai hasil akhir pencernaan.<br />
REFERENSI<br />
<br />
Balai Informasi Pertanian – Ungaran. Bahan Makanan Penguat (Konsentrat). Departemen Pertanian Republik Indonesia. 1984 – 1985<br />
<br />
LHM – Research Station – Makalah Pelatihan Integrated Farming System. Lembah Hijau Multifarm – Solo – Jawa Tengah – Indonesia<br />
<br />
Majalah TROBOS. Edisi Juli 2008<br />
<br />
Rukmantoro
S., Budi I., Amirudin, Hera H., Nakatani M., 2002. Produksi dan
Pemanfaatan Hijauan. Buku Petunjuk Teknologi Sapi Perah di Indonesia.
Untuk Peternak. JICA – Dairy Improvement Project. Direktorat Jenderal
ina Produksi Peternakan – Departemen pertanian RI, Dinas Peternakan Jawa
Barat dan Japan International Cooperation Agency<br />
<br />
Saishi Sailage. 1998. 10,1 Dairyman Japan<br />
<br />
Siregar, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta<br />
<br />
Sumber : http://ekabees.blogspot.com/2010/04/pemanfaatan-hasil-samping-usaha-dan.htmlKEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-62399687536674914062012-07-10T22:19:00.003-07:002012-07-10T22:19:58.686-07:00Azolla microphylla<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/goldazolla/333.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/goldazolla/333.jpg" width="320" /></a></div>
<br />KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-56769652991586784952012-07-10T22:09:00.001-07:002012-07-10T22:11:12.131-07:00Azolla si Pupuk Hidup Oleh : Ratna M. Noer<br />
<br />
Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di
permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga
biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi
alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla.
Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi
dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya
digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla
menyediakan karbon serta lingkungan yang ‘nyaman’ bagi pertumbuhan dan
perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat
Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang
baik.<br />
<br />
Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla
caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla,
Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var.
imbricata, Azolla rubra.<br />
<br />
Azolla sangat kaya akan protein, asam
amino esensial, vitamin (vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene),
mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, dan magnesium.
Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 – 35% protein, 10 – 15%
mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan biopolymer.
Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah.
Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif sebagai
pakan ikan, ternak, dan unggas. Ternak dengan mudah dapat mencernanya,
karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah.<br />
<br />
Percobaan
pada hewan ternak penghasil susu, jika pakan dicampur dengan 1.5 – 2 kg
Azolla per hari menyebabkan peningkatan produksi susu sebanyak 15%.
Peningkatan kuantitas susu tidak saja karena kandungan gizi Azolla saja,
sehingga diasumsikan bukan hanya nutrien, tetapi juga ada peningkatan
komponen lain seperti karotenoid, biopolymer, probiotik yang ikut
meningkatkan produksi susu. Memberi pakan unggas dengan Azolla
meningkatkan berat ayam broiler dan meningkatkan produksi telur.<br />
<br />
Pada
tahun 2002 International Journal of Poultry Science, Bangladesh
mencobakan jumlah kandungan Azolla dalam ransum ayam broiler sebanyak
5%, 10%, 15%. Dalam jumlah 5%, sebenarnya ayam tumbuh lebih baik
dibanding pakan biasa. Pada 10% dan 15% berat badan hampir sama dengan
yang diberi pakan biasa, tetapi lemak di perut unggas agak berkurang.<br />
<br />
Azolla
juga dapat dijadikan pakan untuk biri-biri, kambing, babi, dan kelinci.
Di Cina, budidaya Azolla bersama dengan padi dan ikan meningkatkan
produksi beras sebanyak 20% dan ikan sebanyak 30%.<br />
<br />
Azolla juga sangat mudah dibudidayakan dan sangat ideal sebagai pupuk
hayati (biofertilizer) atau pupuk hijau untuk padi sawah. Permasalahan
lahan di sawah adalah bahan organik tanah dan nitrogen seringkali
terbatas jumlahnya, sehingga dibutuhkan sumber nitrogen alternatif
sebagai suplemen pupuk kimia (sintetis). Salah satu sumber N alternatif
yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla sudah berabad-abad
digunakan di Cina, Vietnam dan Filipina sebagai sumber N bagi padi
sawah.<br />
<br />
Suatu penelitian internasional di mana Indonesia
(Batan) ikut terlibat, menghasilkan temuan bahwa Azolla yang
bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara sebanyak
70 – 90%. N2 yang ‘ditambang’ oleh Anabaena dan terakumulasi dalam sel
daun Azolla ini yang digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Laju
pertumbuhan Azolla dalam sehari 0,355 – 0,390 gram (di laboratorium)
dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Pada umumnya biomassa
Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari
hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 g
Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azolla akan menutupi seluruh
permukaan lahan tempat Azolla ditumbuhkan. Dalam kondisi tersebut, dapat
dihasilkan 30 – 45 kg N/ha yang setara dengan 100 kg urea, yang
notabene adalah pupuk kimia !! Lapisan Azolla di atas permukaan lahan
sawah dapat menghemat penggunaan urea sebesar 50 kg urea/ha, kadangkala
bila musim sangat baik Azolla dapat menghemat sampai dengan 100 kg
urea/ha. Azolla tumbuh dan berkembang lebih baik pada musim penghujan
daripada musim kemarau.<br />
<br />
Wow…betapa alam dapat memberikan sesuatu yang lebih dibanding yang dapat
dilakukan oleh manusia. Nah, jika kita punya kolam atau tangki besar
yang tidak terpakai seperti bath tub yang sudah tidak digunakan lagi,
sementara kita punya hewan ternak atau hewan peliharaan lain,
pikirkanlah untuk ‘beternak’ Azolla. Sekali saja butuh modal untuk
membeli, selanjutnya akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Jika tidak
punya ternak, tidak salah juga menumbuhkan azolla di kolam atau di pot
tanaman kita yang kita beri air. Azolla seperti super sponge, dapat
mengambil dan menyimpan air. Azolla juga menjaga tanah tidak ‘terganggu’
saat kita menyiram tanaman dalam pot.<br />
<br />
Bagaimana cara memperbanyak Azolla ?<br />
<br />
Dari
hasil browsing, kira-kira seperti ini: Buatlah stok Azolla dengan bak
plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya. Semprot stok setiap 3
bulan sekali dengan pupuk P (satu sendok makan SP-36 per liter air).
Sebaiknya Sp-36 digerus halus agar mudah larut dalam air. Stok ini
digunakan untuk bibit yang akan ditanam di lapang.<br />
<br />
Lalu bagaimana cara menggunakan Azolla ?<br />
Setelah
bibit Azolla tumbuh dengan baik, tebar Azolla bersamaan atau satu
minggu sebelum padi di bibitkan. Setelah lahan penuh dengan Azolla,
lahan dibajak agar Azolla terbenam. Selanjutnya dilakukan penaman padi
dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh. Azolla yang tumbuh di
permukaan ini dapat mengambil N yang hanyut dan menguap, selain dapat
pula menahan pertumbuhan gulma yang menjadi pesaing padi.<br />
<br />
Adapun
pembiakan Azolla di kolam bisa dilakukan dengan mempersiapkan lahan
tanam persis seperti pengolahan tanah untuk bertanam padi. Bedanya
ketebalan tanah kolam dari dasar setidaknya antara 7-10 cm, lalu diberi
pupuk dasar N,P dan K, di genangi dengan air dan jangan dibiarkan
kering. Bila strain azolla didapat dari lapang jangan di tanam di kolam
besar yang terkena sinar matahari langsung. Sebaiknya di adaptasikan
dulu di kolam kecil untuk diadaptasikan dengan lingkungan yang baru.
Lalu baru ditransplantasikan ke kolam induk.<br />
<br />
Seorang petani di
Kyushu, Jepang T. Furuno berusaha keras tidak menggunakan pestisida
untuk menanam padi. Pekerjaan paling sulit adalah menghilangkan gulma,
yang akhirnya memunculkan ide menanam padi digabungkan dengan ternak
bebek. Bebek ternyata efektif menunaikan tugas mengendalikan gulma
dengan cara mengganggu permukaan tanah. Untuk menyediakan nitrogen,
azolla ditumbuhkan dalam sistem ini. Azolla memberikan nitrogen bagi
padi dan protein bagi bebek yang bertugas menekan pertumbuhan gulma. Di
lain pihak kontribusi bebek bagi azolla adalah memberantas serangga
penyerang azolla dan karena bebek selalu bergerak, menyebabkan azolla
tumbuh menyebar di luasan perairan tersebut. Ekskreta (kotoran) bebek
menjadi suplai fosfor bagi azolla. Akhirnya sekarang kultur padi-bebek
(rice-duck-azolla system) diadopsi dan sudah umum diterapkan untuk
persawahan padi organik.<br />
<br />
International Rice Research Institute
(IRRI) di Filipina dan Universite Catholique de Louvain di Belgia telah
menyimpan koleksi plasma nutfah azolla hidup. Hingga tahun 1997
koleksi telah mencapai sebanyak 562 aksesi yang meliputi semua species
yang dikoleksi dari seluruh dunia. Koleksi dipelihara dalam bentuk
kultur ujung tunas (shoot-tip agar cultures), yang ditransfer setiap
3-6 bulan. Di antara koleksi tersebut terdapat jenis yang unik yang
tidak dapat diperoleh dari habitat alami karena (i) diperoleh dengan
persilangan seksual (79 aksesi), (ii) Anabaena-free, hidup bebas tanpa
simbiosis dengan Anabaena (20 aksesi), (iii) azolla yang bersimbiosis
dengan alga hijau biru heterologous (6 aksesi), dan mutant (16 aksesi).
Untuk mencegah hilangnya aksesi hampir semua azolla koleksi IRRI dibuat
duplikatnya di Azolla Research Center, Fujian Academy of Agricultural
Science (Fuzhou, Fujian, China).<br />
<br />
Bergantung dari sisi mana kita melihatnya, di beberapa wilayah di negara
lain yang suhunya lebih hangat, Azolla dianggap sebagai pengganggu.
Jika azolla tidak mati maka akan membentuk lapisan tebal seperti selimut
atau hamparan permadani yang menutupi permukaan air sehingga menjadi
pesaing tumbuhan air yang tumbuh diperairan yang sama. Namun kondisi
ini juga dapat menempatkan peran azolla sebagai pengendali larva nyamuk
(larvicide) di sawah. Lapisan tebal azolla mengurangi laju difusi
oksigen dari udara ke dalam air sehingga membuat larva nyamuk kekurangan
oksigen dan tidak sempat menjadi nyamuk dewasa. Mungkin hal ini yang
menyebabkan Azolla disebut sebagai paku nyamuk (mosquito fern) selain
sebagai paku air (water fern)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJBSJpGcIrgpk_ZfKaDAU5lZ1yW3kE1bGnaCGqbslJTEZnI0Yjirt9RJM8IWPfen1UMyXtrFMESx_jcIQNd7aOfqNEPadVmfZwL_RZdcHFKxpNj1BzcQNgf07HOAAr8S763bafIUPaWsM/s400/Azolla-di-sawah-Krayan-seha.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="159" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJBSJpGcIrgpk_ZfKaDAU5lZ1yW3kE1bGnaCGqbslJTEZnI0Yjirt9RJM8IWPfen1UMyXtrFMESx_jcIQNd7aOfqNEPadVmfZwL_RZdcHFKxpNj1BzcQNgf07HOAAr8S763bafIUPaWsM/s320/Azolla-di-sawah-Krayan-seha.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4IsSseXOmsqDVklr_YYxe18CCPz5PNNieo04FGwYv59S8ijLKEHCTpkS8LzKTwkFY87C1AsPUyfWr4nyLI1Tbo6zPGUkIhbNjGZ4TEwY4oLHdSgaiCx2_Lr6mrDLeikNowJUnoKamTKc/s400/Azolla-basah-dan-kering.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4IsSseXOmsqDVklr_YYxe18CCPz5PNNieo04FGwYv59S8ijLKEHCTpkS8LzKTwkFY87C1AsPUyfWr4nyLI1Tbo6zPGUkIhbNjGZ4TEwY4oLHdSgaiCx2_Lr6mrDLeikNowJUnoKamTKc/s320/Azolla-basah-dan-kering.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhneEaSvIEKtAoPh4heCoeuJrb5K2KWtbG9iHaP4d4Qm4y6jbEa2zT_tvAyWKmB4UVgRe8YWt3KxwnOEAeQhyphenhyphenCcQ1a45BgfboZR5BbjYhyphenhyphenL9I59e4Rv-Ky8VhD2s4TOF48RSQ6gCeNTzGY/s400/Azolla-berbentuk-kering-unt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhneEaSvIEKtAoPh4heCoeuJrb5K2KWtbG9iHaP4d4Qm4y6jbEa2zT_tvAyWKmB4UVgRe8YWt3KxwnOEAeQhyphenhyphenCcQ1a45BgfboZR5BbjYhyphenhyphenL9I59e4Rv-Ky8VhD2s4TOF48RSQ6gCeNTzGY/s320/Azolla-berbentuk-kering-unt.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJw0drjVNuSVehTBKDRm9oQufo-BOqW3-eEFTznlqLShEf37YWRckyKI1pr5jTUEpTx38WtWrKvRDlJ3tMGXu7xTHbUJbp8YMMtIlwbFGKIHzcRTV5xxzQMmT1a8W543i1AeOqTsuie8E/s400/Azolla-berkembang-di-kolam-.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJw0drjVNuSVehTBKDRm9oQufo-BOqW3-eEFTznlqLShEf37YWRckyKI1pr5jTUEpTx38WtWrKvRDlJ3tMGXu7xTHbUJbp8YMMtIlwbFGKIHzcRTV5xxzQMmT1a8W543i1AeOqTsuie8E/s320/Azolla-berkembang-di-kolam-.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifo9B7tW_SZSZwqtDr9X7TRNTnxuXCIo0fry3ZZzcS_Yz2H4rkGKaO7cwmPLBvrTp8ZUiaaRIJZPcEjOV2XhxdPIgNnhNd4hoB98RVaea_LS5FzXzBCt61bn3k89gl2uXwEwnEcYWqDeQ/s400/Azolla-di-Unmuh-Malang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifo9B7tW_SZSZwqtDr9X7TRNTnxuXCIo0fry3ZZzcS_Yz2H4rkGKaO7cwmPLBvrTp8ZUiaaRIJZPcEjOV2XhxdPIgNnhNd4hoB98RVaea_LS5FzXzBCt61bn3k89gl2uXwEwnEcYWqDeQ/s320/Azolla-di-Unmuh-Malang.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Sumber : http://kolamazolla.blogspot.com/2011/01/azolla-si-pupuk-hidup.html<br />
Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/01/26/azolla-si-pupuk-hidup/KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-45357277825909363082012-07-10T21:58:00.002-07:002012-07-10T21:58:53.376-07:00Azzola, Alternatif Sumber Penyedia Nitrogen Padi Sawah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAViZgg_dTycvX5YKeMgdfH-TgJ2Z2Mg_gfbgaRZ1tK2Mx40FqmCWPf8m62EcPfBjkXcxVbPlDisI9czE2reAZiJoVUqwtePHr3SFk2AozA2rG6SMBlGj8967A2aEv78tlpFbX7Ug83A/s1600/Azollaaa.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAViZgg_dTycvX5YKeMgdfH-TgJ2Z2Mg_gfbgaRZ1tK2Mx40FqmCWPf8m62EcPfBjkXcxVbPlDisI9czE2reAZiJoVUqwtePHr3SFk2AozA2rG6SMBlGj8967A2aEv78tlpFbX7Ug83A/s1600/Azollaaa.png" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRYoGsfJ1TRZ8PaO0qKajAEI28CS9vKht2Jbv2ORkLzoQAU6rFaekGVmv2X7hCcBbeaECO9_EJ-pMWgriQVvEp3yki8dmIok_4SsPDOXdO4C8_M1BHyT-sCFiB-P4FxxVW5yGxxtMvzA/s1600/Azolla+di+kolam+sawah+berplastik.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRYoGsfJ1TRZ8PaO0qKajAEI28CS9vKht2Jbv2ORkLzoQAU6rFaekGVmv2X7hCcBbeaECO9_EJ-pMWgriQVvEp3yki8dmIok_4SsPDOXdO4C8_M1BHyT-sCFiB-P4FxxVW5yGxxtMvzA/s320/Azolla+di+kolam+sawah+berplastik.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnWJ8Gbra1LmCIEjb_oIuio78eUt4jbJqiUSy8R3JCKe2LCbKU7AuBUK1cxe0G4GBSA6EzOSQ3XGdwv3EN-PNNBNZKtIpLrJBEDPlfcW82a9KSfM24TVVALMWCdp8xgQEGst6tIH5QYg/s1600/Azolla1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnWJ8Gbra1LmCIEjb_oIuio78eUt4jbJqiUSy8R3JCKe2LCbKU7AuBUK1cxe0G4GBSA6EzOSQ3XGdwv3EN-PNNBNZKtIpLrJBEDPlfcW82a9KSfM24TVVALMWCdp8xgQEGst6tIH5QYg/s1600/Azolla1.jpg" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqh-Xibaf60NcQk0FRl1XG5Bq3OkkAZ9_NNRp7vy8OPbNwD_pZqzHNcbeTljfNqWgziJ67kqeAi7N4j8FpE7wOZU8A00mjKwW6PYCq-osURqu-t4Z8LaKk01zvg7X0Q4fMVHIZYr-kNA/s1600/Azolla+CloseUp+growing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqh-Xibaf60NcQk0FRl1XG5Bq3OkkAZ9_NNRp7vy8OPbNwD_pZqzHNcbeTljfNqWgziJ67kqeAi7N4j8FpE7wOZU8A00mjKwW6PYCq-osURqu-t4Z8LaKk01zvg7X0Q4fMVHIZYr-kNA/s1600/Azolla+CloseUp+growing.jpg" /></a></div>
http://kolamazolla.blogspot.com/2012/05/inovasi-teknologi-azzola-alternatif.html<br />
<br />
<h2>
Inovasi Teknologi : Azzola, Alternatif Sumber Penyedia Nitrogen Padi Sawah.</h2>
<div style="text-align: justify;">
<b>Apa Kabar Penyuluh Pertanian Indonesia?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana kita ketahui, pengembangan <b>pertanian</b> khususnya <b>padi</b> sawah merupakan tanaman budidaya yang secara luas telah banyak dikembangkan dibeberapa negara termasuk di <b>Indonesia</b>. Salah satu permasalahan yang kini dihadapi para <b>petani</b>
adalah menurunya kesuburan lahan. Permasalahan ini secara umum
disebabkan karena terus dipacunya lahan untuk berproduksi semaksimal
mungkin secara terus menerus untuk mengejar peningkatan produktivitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak disadari hal ini berakibat pada
pengurasan unsur hara dari dalam tanah secara tidak terkendali, terutama
unsur hara Nitrogen dan yang lebih kritis lagi adalah makin
berkurangnya bahan organik di dalam tanah. Untuk mengatasinya
diperlukan input yang bukan hanya mampu menyediakan unsur hara terutama
Nitrogen namun sekaligus mampu memperkaya bahan organik tanah. Input
ini berperan sebagai suplemen tambahan pupuk kimia yang biasa di pakai
oleh para petani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-24"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu sumber input alternatif ini <b>Azzola</b>.
Azzola adalah pupuk hijau yang dapat dijadikan sebagai sumber Nitrogen
(N) alternatif yang cocok dikembangkan oleh para petani dan sangat mudah
untuk diaplikasikan serta relatif murah karena tidak memerlukan biaya
tambahan yang memberatkan petani.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Apakah Azzola itu?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Azzola</b> adalah semacam
tumbuhan paku air yang berukuran mini sekitar 3-4 cm yang bersimbiosis
dengan bakteri Cyanobacteria pemfiksasi Nitrogen yaitu bakteri <i>Anabaena azzollae</i>.
Simbiosis ini menyebabkan azzolla mempunyai kualitas hara yang baik.
Azzolla sudah berabad-abad digunakan oleh para petani di Cina dan
Vietnam. Sebagai sumber Nitrogen bagi padi sawah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Azzola</b> secara alami
tumbuh di banyak kawasan seperti di Asia, Amerika dan Eropa. Azzolla
mempunyai beberapa spesies, antara yang sudah diidentifikasi seperti <i>Azolla
caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azzolla microphylla,
Azolla nilotica, Azolla pinnata var pinnata, Azolla pinnata var
imbricata dan Azolla rubra.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Azzola sebagai Sumber Penyumbang Nitrogen (N).</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)
telah mengadakan penelitian internasional termasuk di dalam Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN) terlibat di dalamnya. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa Azzolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azzollae
dapat memfiksasi N2 Udara dari 70% – 90%. N2 fiksasi yang terakumulasi
ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Dari
beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertumbuhan Azzolla adalah
0,355 – 0,390 gram per hari (<i>di laboratorium</i>) dan 0,144 – 0,890 gram per hari (<i>di lapangan</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada umumnya biomassa Azzolla maksimum
tercapai setelah 14 – 28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian
BATAN diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 gram Azzolla segar per
meter persegi maka setelah 3 minggu Azzolla tersebut akan menutupi
seluruh permukaan lahan tempat Azzolla tersebut ditumbuhkan. Dalam
keadaan ini dapat dihasilkan 30 – 40 kilogram Nitrogen per hektar.
Jumlah ini kira-kira setara dengan 100 kilogram Urea. Hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa Azzolla dapat tumbuh dan berkembang dengan
lebih baik pada musim kemarau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lapisan Azzolladi atas permukaan lahan
sawah dapat menghemat penggunaan Urea sebesar 50 kilogram Urea per
hektar. Kadangkala bila musim sangat baik, Azzolla dapat menghemat
pemakaian pupuk Urea sampai 100 kilogram Urea per hektar. Dengan
demikian aplikasi Azzollla di lahan padi sawah dapat menghemat
penggunaan pupuk buatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Wowww….luar biasa, bukan? </div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi
hampir – hampir tanpa biaya sama sekali, bahkan terjadi penghematan yang
luar biasa. Hitung saja harga pupuk urea bersubsidi sekitar Rp.
1.200,00 per kilogram, berarti penghematan sebesar Rp.120.000, 00.
Penghematan ini semakin besar jika para petani mengaplikasikan dalam
luasan lahan yang lebih besar lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kandungan Unsur Hara Azzolla.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
BATAN menunjukkan bahwa Azzolla mengandur unsur hara yang lengkap baik
unsur hara makro maupun unsur hara mikro.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya, antara lain :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Nitogen (N) : 1,96 – 5,30 %.</li>
<li>Phosphor (P) : 0,16 – 1,59 %.</li>
<li>Kalium (K) : 0,31 – 5,97 %.</li>
<li>Calsium (Ca) : 0,45 – 1,70 %.</li>
<li>Magnesium (Mg) : 0,22 – 0,66 %.</li>
<li>Sulphur (S) : 0,22 – 0,73 %.</li>
<li>Silikat (Si) : 0,16 – 3,53 %.</li>
<li>Natrium (Na) : 0,16 – 1,31 %.</li>
<li>Clorida (Cl) : 0,62 – 0,90 %.</li>
<li>Aluminium (Al) : 0,04 – 0,59 %.</li>
<li>Besi (Fe) : 0,04 – 0,59 %.</li>
<li>Mangan (Mn) : 66 – 2,944 ppm.</li>
<li>Cobalt (Co) : 0,264 ppm.</li>
<li>Seng (Zn) : 26 – 989 ppm.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b>Apa Manfaat Azzola?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari hasil penelitian dapat diketahui
bahwa Azzola mempunyai manfaat yang tidak kalah pentingnya. Beberapa
manfaat Azzolla yang sudah diketahui melalui penelitian secara intensif,
antara lain :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Sebagai sumber Nitrogen alternatif suplemen pupuk Urea sampai dengan 100 kilogram per hektar.</li>
<li>Sebagai sumber pakan ternak/hijauan dan pakan ikan terutama untuk pakan ayam dan itik.</li>
<li>Azzolla dapat menekan pertumbuhan gulma di lahan sawah.</li>
<li>Azzolla dapat digunakan sebagai tanaman hias air yang unik.</li>
<li>Azzola dapat berperan sebagai kontrol terhadap perkembangan nyamuk.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bagaimana Aplikasi Azzzola di Lahan Sawah?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Aplikasi Azzolla di lahan sawah relatif
mudah dan tidak memerlukan biaya yang tinggi, petani tinggal
mengaplikasikannya tanpa harus membeli. Biaya yang dikeluarkan hanya
untuk bayar tenaga kerja itupun dapat dihemat dan tidak usah dikeluarkan
apabila petani melakukanya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aplikasinya cukup mudah. Begini :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Tebarkan Azzolla bersamaan dengan atau 1 minggu sebelum benih padi disemai.</li>
<li>Setelah lahan penuh dengan Azzolla, lakukan pengolahan tanah dengan bajak agar Azzolla terbenam ke dalam tanah.</li>
<li>Setelah olah tanah selesai, selanjutnya dilakukan penanaman bibit
padi yang telah disemaikan. Azzolla yang tidak sempat terbenam ke dalam
tanah dibiarkan saja agar tumbuh di lahan. Azzolla yang tumbuh
dipermukaan ini sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman padi, karena mampu mengambil Nitrogen yang hanyut oleh air
irigasi maupun yang menguap di udara serta dapat menekan pertumbuhan
gulma.</li>
<li>Selanjutnya lakukan pemeliharaan tanaman padi seperti biasanya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana sahabat – sahabat <b>penyuluh</b>?
Mudah bukan mengapilkasikanya? Oke, mari kita manfaatkan Azzola yang
merupakan karunia Yang Maha Kuasa ini untuk kesejahteraan para <b>petani</b> kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Salam Penyuluh. Sukses selalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber : http://www.penyuluhpertanian.com/inovasi-teknologi-azzola-alternatif-sumber-penyedia-nitrogen-padi-sawah</div>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-28640040353528558952012-02-14T03:03:00.001-08:002012-02-14T03:03:46.166-08:00Handy dan Fadhil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYJ4JS8gcvEueUw0Bu_wHtpVHam4tSkaD7ha2-KfWRs369Y0LVRRfwxVB_9Qz4Kwq3AuJZ5BEkj_nc_wKiea-Yd4BFk0z7iPswHOhnQe03mAe2qL7U1WMluqig3seCC35ZY9NKfWkqnw/s1600/Handy+dan+Fadhil.jpg" imageanchor="1" style=""><img border="0" height="150" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYJ4JS8gcvEueUw0Bu_wHtpVHam4tSkaD7ha2-KfWRs369Y0LVRRfwxVB_9Qz4Kwq3AuJZ5BEkj_nc_wKiea-Yd4BFk0z7iPswHOhnQe03mAe2qL7U1WMluqig3seCC35ZY9NKfWkqnw/s200/Handy+dan+Fadhil.jpg" /></a></div>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-30498807251822240332012-02-14T02:59:00.000-08:002012-02-14T02:59:04.280-08:00FADHIL<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF34gmblBjbQclhpIIyz-DzSctNI-OW5QpbE8a-QzRgTgDEzPg3ALU6YHj7-nu1jKbq-RZdQ2XrbpER1FzIIv9ZsrhugoZuJoMHP-YXr2MDHGdMn8hiHMc8oRfmpJvD5KxCq_kkM9MXA/s1600/FADHIL.jpg" imageanchor="1" style=""><img border="0" height="150" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF34gmblBjbQclhpIIyz-DzSctNI-OW5QpbE8a-QzRgTgDEzPg3ALU6YHj7-nu1jKbq-RZdQ2XrbpER1FzIIv9ZsrhugoZuJoMHP-YXr2MDHGdMn8hiHMc8oRfmpJvD5KxCq_kkM9MXA/s200/FADHIL.jpg" /></a></div>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-80577064394281684152012-02-14T02:54:00.001-08:002012-02-14T02:55:29.818-08:00FAIZ<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk-lCrPlvXcOC6G4kaE5L-r5u_eJYOT6lV3M352lgNm_Z9SSgf2hdp__gWqktWWPJFn5GGp8sZok6YjtCvPlLn7yqhDlyfBwY4pY6mh9jpvMDCpmhHN3pkAtuPR8boWd3PmFzbBL_2fw/s1600/FAIZ.jpg" imageanchor="1" style=""><img border="0" height="150" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk-lCrPlvXcOC6G4kaE5L-r5u_eJYOT6lV3M352lgNm_Z9SSgf2hdp__gWqktWWPJFn5GGp8sZok6YjtCvPlLn7yqhDlyfBwY4pY6mh9jpvMDCpmhHN3pkAtuPR8boWd3PmFzbBL_2fw/s200/FAIZ.jpg" /></a></div>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-35576840974806459.post-8016298809912098492012-02-14T02:32:00.001-08:002012-02-14T02:32:18.918-08:00BUNG KARNO<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGeRyLdF37fdl6VkvdfOPMXmj3cNusOcRpSVrOEmaxpbNMQ4rKIAUk7zz-27yoZIz7ZyY7eyVAgutAV7krnHw2kxh2R6K1NtLoWn_NCFk6zKrMqieet0BY_-Yn3zq8cgt2drxXsIi0lQ/s1600/IMG_1432.JPG" imageanchor="1" style=""><img border="0" height="150" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGeRyLdF37fdl6VkvdfOPMXmj3cNusOcRpSVrOEmaxpbNMQ4rKIAUk7zz-27yoZIz7ZyY7eyVAgutAV7krnHw2kxh2R6K1NtLoWn_NCFk6zKrMqieet0BY_-Yn3zq8cgt2drxXsIi0lQ/s200/IMG_1432.JPG" /></a></div>KEMAKMURAN NEGERIKUhttp://www.blogger.com/profile/02770706772703343736noreply@blogger.com0